Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik, Sosialisme, dan Kapitalisme

22 April 2022   16:20 Diperbarui: 8 Mei 2022   23:12 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malah rakyat terkecoh, dan menganggap antek-antek kapitalis (cukong) adalah orang baik. Mereka pemodal dianggap malaikat penyelamat. Rakyat lupa kalau Sumber Daya Alam, tanah milik rakyat akan digadaikan demi itu semua.

Kebaikan semu yang dipertontonkan harusnya dipertengkarkan rakyat. Tersayat hati kita yang berfikir rasional, bila rakyat dibodohi kapitalis. Memberi sesuatu, uang, bantuan Sembako, dan alat peraga lainnya. Lantas mereka berharap dukungan rakyat.

Akhirnya, lebih banyak mudharat yang terjadi di Indonesia ini. Karena apa?, kelalaian rakyat sendiri. Rakyat yang mau memilih kapitalis atau mereka yang menjadi sandera kapitalis untuk memimpin daerah dan Indonesia. Berhentilah menikmati kebodohan tersebut.

Sekali lagi, memilih politisi yang hanya mengandalkan uang atau materi membuat nasib rakyat tergadai. Membuat masa depan daerah serta negara Indonesia mengalami kehancuran. Bagaimana tidak, target kapitalisme ialah hanya untuk kepentingan ekonomi.

Meraup keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan perut. Demi kepentingan keluarga mereka. Begitulah kapitalisme bekerja. Dalam pandangannya tidak ada yang gratis. Tidak ketulusan dan keikhlasan, yang ada hanyalah take and give. Simbiosis mutualisme, itu yang menjadi kiblat pemikirannya.

Terinspirasi dari Georg Wilhelm Friedrich, pemikir Jerman, kaum sosialis melihat kapitalisme sebagai sebuah sistem yang tidak stabil. Pertengkaran kepentingan sosialisme dan kapitalisme rupanya tak akan berakhir.

Karl Marx, sosialis asal Jerman menilai bahwa pertentangan tidak hanya terjadi dalam ranah pikiran, melainkan inheren di dalam sistem kapitalisme. Sentimen saling menguasai, antara sosialisme vs kapitalisme membuat islah atau rekonsiliasi tidak pernah tercapai.

Dalam ulasan singkat ini, kita tidak sedang mendalami teori sosialisme maupun kapitalisme. Melainkan, melihat dampak dari beroperasinya dua ideologi dunia ini di Indonesia. Terlebih dalam penerapannya di panggung politik mutakhir.

Rasanya, mulai dari Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan tingkat nasional di Indonesia, praktek politik kita telah dinodai dengan perilaku kapitalisme. Bayar suara, memberi materi, menjanjikan jabatan untuk mendapatkan keuntungan. Praktek tukar guling kepentingan begitu nampak.

Jabatan dikompensasikan dengan uang. Bahkan, rakyat di Desa wilayah terisolir juga menganggap ini praktek wajar. Padahal, ini bertentangan dengan spirit demokrasi. Kapitalisme bukanlah sahabat atau kerabat sistem demokrasi.

Kapitalisme merupakan lawan dari demokrasi. Itu sebabnya, perilaku buruk kapitalisme jangan diadopsi untuk menjalankan demokrasi. Bagaimanapun, visi kapitalisme ialah menggerogoti demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun