Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, tentunya kita menginginkan kehidupan yang damai, aman, dan tenteram. Kehidupan tersebut tidak hanya sebatas kita berinteraksi kepada orang lain, tapi juga dalam diri kita yang menginginkan kehidupan yang nyaman.
Akan tetapi, pada nyatanya kita sering dihadapi oleh berbagai cobaan seperti masalah yang harus dihadapi sehingga menimbulkan dampak buruk pada kesehatan mental kita. Terkadang, kita merasa bahwa masalah datang secara bertubi-tubi tiada hentinya sehingga kita merasa menyerah untuk menghadapi cobaan tersebut.
Dalam Islam, apabila kita sedang menghadapi ujian atau cobaan tentunya kita disarankan untuk lebih dekat kepada Allah SWT seperti sholat sunnah, mengaji, bersedekah, berdzikir untuk mengingat kepada Allah SWT sehingga membuat mental kita tenang.
Oleh karena itu, penulis ingin membahas terkait pentingnya dzikir dalam menjaga kesehatan mental. Diharapkan artikel ini dapat membantu pemahaman terkait dzikir serta dapat diamalkan agar dapat menambah kebaikan serta manfaat khususnya menjaga kesehatan mental.
Sebelum kita membahas terkait pentingya dzikir dalam menjaga kesehatan mental, kita harus memahami terlebih dahulu definisi dzikir. Secara etimologi dalam kamus Al-Munawwir kata dzikir bisa bermakna menyebut, mengucapkan, mengagungkan, menyucikan, mengingat, mengerti, memperingatkan, memberi nasihat, dan menjaga (Hafidz, 2019).
Dari definisi tersebut kita dapat memahami bahwa dzikir merupakan suatu aktivitas untuk menyebut, mengucapkan, mengagungkan, menyucikan, mengingat, mengerti, memperingatkan, memberi nasihat, dan menjaga kepada Allah SWT seperti membaca tahmid, tahlil, takbir, istighfar, tasbih, dan lain-lain.
Dzikir tidak hanya sebatas menyebut atau mengingat kepada Allah SWT, tapi bisa menjaga kesehatan mental kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Sebagaimana dalam salah satu penelitian yang ditulis oleh (Amrullah et al., 2021) dengan judul “Efektivitas Terapi Psiko Spiritual (Dzikir Dengan Nafas Dalam) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Terapi Obat” menunjukkan bahwa hasil yang signifikan setelah dilakukan terapi psiko spiritual dzikir dengan nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien tuberkulosis paru di RSUD Praya tahun 2020. Bentuk terapi spiritual bisa seperti solat, dzikir, berdo’a, puasa, membaca al-qur’an, meditasi dan lain sebagainya sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh agama.
Dari penjelasan diatas, kita dapat memahami bahwa Dzikir bisa menurunkan kecemasan bagi para pasien Tuberkulosis Paru. Dalam bayangan kita, penyakit itu mungkin sangatlah mengerikan. Namun, para pasien tersebut melakukan dzikir setiap harinya sehingga kecemasan dapat menurun karena para pasien mengingat dan menyebut nama Allah SWT sebagai Sang Pencipta Para Makhluknya.
Tidak hanya itu, dalam penelitian lain yang ditulis oleh (Asteria, 2024) dalam judul ”Efektivitas Dzikir Dalam Mengurangi Stres Pada Remaja” menunjukkan bahwa dzikir memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan stres pada mahasiswa akhir.Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat stres mahasiswa akhir sebelum dan sesudah diberikan dzikir. Artinya bahwa mahasiswa akhir yang sedang mengerjakan skripsi mengalami penurunan stres ketika ia melakukan dzikir dibandingkan mahasiswa yang tidak melakukan dzikir.
Dari penjelasan diatas, kita dapat memahami bahwa dzikir yang dilakukan dapat menurunkan stres yang dialami oleh para partisipan. Serta perbedaan tingkat stres setelah dan sebelum para partisipan melakukan dzikir. Hal ini dapat kita baca ketika penjelasan partisipan melakukan dzikir ketika sedang mengerjakan skripsi dibandingkan dengan partisipan yang tidak melakukan dzikir.
Oleh karena itu, penulis mengajak kepada seluruh pihak untuk bersama-sama melakukan dzikir kepada Allah SWT. Dzikir bukan sekadar mengingat atau hanya menyebut nama Allah SWT, tapi dapat menjaga kesehatan mental kita sebagaimana dalam penelitian yang telah disebutkan diatas.