Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi "Wake Seler" sebagai Sebuah Entitas Hidup Orang Manggarai

26 Januari 2021   08:52 Diperbarui: 26 Januari 2021   09:00 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: manggaraikab.go.id

Setiap unsur budaya yang dianut oleh segenap suku bangsa yang tersebar di Indonesia selalu mengandung nilai yang sangat autentik dan sakral. Baik itu lewat ritual-ritual adat yang dilakukan seperti persembahan sesajian kepada leluhur maupun melalui ungkapan atau pepatah adat yang juga sangat autentik berdasarkan corak budaya masing-masing.

Seperti halnya dalam khazanah kebudayaan Manggarai, Flores-NTT sejatinya memiliki ungkapan-ungkapan atau pepatah adat yang sangat khas seturut filosofi hidup orang Manggarai sendiri. Salah satunya yang hendak saya paparkan lewat tulisan ini adalah pepatah "wake seler" yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yakni: akar tunggang. 

Wake artinya akar sedangkan seler artinya tunggang. Lalu ungkapan atau pepatah wake seler ini sebenarnya mempunyai kelanjutannya sendiri yakni "wake seler ngger wan, saung bembang ngger etan" yang juga bila diterjemahkan secara harfiah yaitu: akar tunggang ke bawah, daun rimbun ke atas. 

Ungkapan atau pepatah adat di atas merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain baik secara harfiah maupun dari segi makna. Lazimnya diucapkan pada saat upacara adat melalui sebuah torok. Torok adalah ungkapan-ungkapan yang tersusun dalam syair-syair indah untuk menyatakan maksud-maksud tertentu dan ditujukan kepada Wujud Tertinggi atau para leluhur (Deki, 2011:183). 

Torok dapat diartikan sebagai sarana penyampaian pesan, ujud, permohonan pada sebuah upacara atau ritus adat kepada Tuhan atau Leluhur. Sebagaimana ungkapan wake seler merupakan salah satu jenis syair torok yang syarat akan makna dan kebajikan hidup orang Manggarai.

Makna ungkapan Wake Seler

Bertolak dari segi akar katanya sendiri, wake seler berarti akar tunggang atau akar yang kuat. Ibarat sebuah tanaman atau pohon yang tumbuh subur tersebab karena akar yang kuat dan kokoh. Sebab sejatinya kehidupan orang Manggarai secara turun-temurun telah memiliki relasi yang sangat eksitensial dengan alam. Alam bagi orang Manggarai adalah lahan tempat untuk mengais hidup yang disebut dengan lingko. 

Ungkapan wake seler memiliki pengkiasan maksud yaitu kehidupan yang dikiaskan dengan akar yang kuat dan kokoh sebagai dasar serta tumpuan dalam menopang hidup. Hidup itu harus memiliki dasar yang teguh yakni keyakinan akan Wujud Tertinggi dan terhadap leluhur. Membangun relasi dengan mereka adalah hal yang paling pertama dan utama. 

Orang Manggarai dikenal sangat menghormati leluhur. Bagi Orang Manggarai leluhur adalah orang kudus dalam adat dan diyakini sangat dekat dengan Sang Pemilik kehidupan. 

Sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka Orang Manggarai selalu rutin mengadakan upacara teing hang (memberi makan) sebagai wujud ungkapan syukur dan terima kasih terhadap mereka, sebab atas dasar jasa dan warisan mereka, orang Manggarai senantiasa ada dan terus berkembang hingga sekarang. 

Melalui ujud ungkapan wake seler, orang Manggarai menyampaikan permohonan agar tumpuan hidup senantiasa diikat kuat oleh leluhur. Dan sekiranya leluhur yang sudah diyakini dekat dengan sang Pemilik Kehidupan selalu berdoa kepada yang masih hidup agar selalu diberikan kesehatan, mudah rezeki dan diberikan kemudahan dalam menuntaskan semua kesulitan dan persoalan-persoalan hidup.

Ungkapan wake seler juga merupakan petuah dasar dalam membina kehidupan rumah tangga Orang Manggarai. Bahwa dalam membangun kehidupan rumah tangga haruslah kokoh dan kuat seperti kayu yang mempuyai akar yang kuat. Itu artinya, apapun persoalan dan kesulitan dalam menjalankan kehidupan rumah tangga prinsipnya tetap kuat dan tegar, tetap setia satu sama lain dan tidak mudah lapuk seperti kayu yang sudah tak berakar. 

Begitu juga dalam kehidupan sosial, wake seler adalah pengkiasan makna yang sifatnya kolektif. Tali kebersamaan sudah menjadi dasar dalam membangun hidup yang rukun dan damai. Persatuan yang kokoh dilambangkan dengan rumah yang disebut dengan gendang one. 

Ungkapan gendang one sejatinya menyatakan persatuan yang kuat yang bernaung dalam satu atap. Persatuan dan kebersamaan ini sudah tentu dirajut atas dasar petuah atau ungkapan wake seler sebagai tumpuan dan pegangan utama. Tanpa adanya tumpuan ini maka persatuan atau kebersamaan itu tidak kuat atau mudah runtuh dan tumbang bak pohon yang tak berakar.

Ungkapan wake seler juga menjadi landasan yang kuat dalam tata cara hidup beragama bagi Orang Manggarai. Bahwa dalam beragama hendaklah atas dasar kepercayaan dan keyakinan yang kokoh dan kuat seperti akar. Artinya membangun kepercayaan akan Tuhan bukan atas dasar sentimen sosial atau sebagai identitas semata melainkan atas dasar cinta kasih atau welas asih yang kokoh.

Demikianlah kiranya makna ungkapan wake seler sebagai tonggak dasar dalam hidup khususnya bagi Orang Manggarai. Oleh karena itu, tidaklah cukup Negara Indonesia ini memiliki landasan dasar sebagaimana yang tersurat dalam Pancasila melainkan lebih daripada itu yakni bagaimana landasan dasar ini mampu meramu semua keberagaman nilai budaya yang tersebar dan menghidupinya seturut akar yang kuat dan kokoh.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun