Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jatuh Cinta Itu Apa?

13 Februari 2020   22:06 Diperbarui: 13 Februari 2020   22:10 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: paragram.id

Aksi, sebagai orientasi produktif yang terungkap dalam bentuk pekerjaan produkti, yang contoh khasnya adalah kesenian dan keterampilan. Dan yang ketiga, perasaan; orientasi produktif yang diungkapkan dalam cinta yang merupakan pengalaman persatuan dengan pribadi lain, dengan semua manusia dan dengan alam, dengan syarat tetap memelihara integritas dan kebebasannya.

Dalam pengalaman bercinta terjadi hal yang sebenarnya sangat paradoksal yakni pernyataan bahwa dua manusia menjadi satu, tetapi sejatinya pada saat yang sama, mereka tetap dua. Erich Fromm memahami cinta dalam konteks ini sebagai hasrat yang tak pernah terbatas pada satu pribadi. 

Menurutnya, apabila saya hanya mampu mencintai satu orang saja dan yang lain tidak dan apabila cinta kepada seseorang itu membuat saya lebih terasing dan jauh dari sesama, maka sebenarnya saya telah terikat dengannya dan dalam situasi seperti ini menurut Erich saya sebenarnya tidak mencintai dia. 

Atau ketika saya sedang mengatakan, "saya mencintai engkau", itu berarti paralel dengan pernyataan bahwa "dalam dirimu saya mencintai seluruh kemanusiaan, segala sesuatu yang hidup, dan dalam dirimu saya mencintai diriku sendiri.

Dengan demikian, cinta sebenanya adalah hasrat yang universal atau tanpa terbatas dalam diri seseorang. Atau sekalipun kita mencintai seseorang, itu berarti kita sedang terpanggil untuk mencintai seluruh kemanusiaan yang melampui pribadi yang kita cintai itu. 

Lalu, jika kita jatuh cinta secara temporal atau dalam waktu tertentu saja dan pada waktu berikutnya kebencian menyelinap dalam diri, itu berarti kita sebenarnya belum mengolah secara baik perasaan jatuh cinta itu. 

Menyitir Fromm bahwa jatuh cinta itu secara intensif tidak hanya terikat akan pribadi seseorang sedangkan kita melupakan keseluruhan dari kepribadian kemanusiaan kita sendiri.

Cinta selalu berlayar dalam bayang-bayang ego. Singkatnya, bila cinta telah membuat kita menjadi pribadi yang patah hati, kita sebenarnya tidak sedang jatuh cinta melainkan jatuh dalam ego. 

Adapun musuh lain dari cinta adalah nasrsisme yang memandang diri seturut dengan kepuasan orang lain. Jatuh cinta itu tidak perlu memasang kriteria, sebab itu justru mereduksi hakikat dari kemanusiaan yang universal. Ataupun cinta ala pasar yakni cinta berpautan dengan selera bebas yang kemudian mempengaruhi gaya hidup. 

Cinta akan timbul jika penampilan diri menjadi laku atau memuaskan mata orang lain. Konsekuensinya diri selalu dibayang-bayangi oleh ikatan konsumeris, merubah mode rambut, hidung harus mancung ke dalam dan lain sebagainya. Jika tidak demikian maka dianggap tidak laku.

Oleh karena itu cinta adalah hasrat yang sakral. Ia melampui segala motif parsial di mana ego bermain. Bila kita telah dan sedang jatuh cinta, maka laksanakan cinta itu sebagai sebuah kebutuhan eksistensial bagi diri. Pandailah untuk merawatnya secara sakral hingga tanpa sedikit pun ruang untuk merusaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun