Tetapi dasar apa yang membuat tiba-tiba wanita direkrut untuk bekerja? Karena wanita bisa diupah dengan murah.
Film ini juga memiliki latar belakang sejarah yang cukup nyata. Saya mengapresiasi bagaimana kondisi perekonomian di Korea Selatan yang terjadi di tahun 1995 menjadi latar belakang film ini.Â
Perekonomian yang berkembang dengan pesat dan dimulainya era globalisasi di Korea Selatan menjadi faktor kenapa kelas bahasa Inggris menjadi laris pada saat itu.Â
Hal itu pula yang merupakan dasar cerita dari film ini. Kelas bahasa Inggris yang awalnya saya kira hanya menjadi pengantar di film, ternyata punya pengaruh dan menjadi solusi dari permasalahan yang sedang dialami oleh tokoh.
Pesan yang Kita Semua Bisa Rasakan
Di luar dari sisi feminisme, pesan yang sebenarnya ingin disampaikan oleh film ini mungkin bisa dirasakan oleh semua orang. Kembali lagi kepada permasalahan pokok yang dialami oleh tokoh-tokoh utama, yaitu terungkapnya pelanggaran dalam proses pembuangan limbah oleh suatu pabrik di bawah perusahaan tempat mereka bekerja.Â
Mereka harus dihadapi dengan fakta bahwa orang-orang yang memiliki jabatan lebih tinggi dari mereka mencoba untuk menutupi hal tersebut.
Jayoung merupakan saksi saat proses pembuangan limbah itu terjadi. Dilema datang ketika ia mengetahui bahwa ternyata Perusahaan Samjin mencoba untuk memalsukan hasil tes lab dari sumber air di desa sekitar pabrik. Ia tidak tahu harus melakukan apa karena ia tidak punya kuasa di dalam perusahaan, Lee Jayoung hanyalah tenaga kerja berupah rendah.Â
Di samping itu, dia tahu sendiri apa yang sudah dilakukan oleh limbah-limbah buangan beracun itu ke desa sekitar, ia bahkan tahu kalau limbah tersebut bisa berakibat kematian bagi makhluk hidup yang mengonsumsinya.
Dilema yang dialami Jayoung mungkin pernah kita rasakan dalam kehidupan kita sendiri. Yah, mungkin tidak sebesar kasus Jayoung, tapi setidaknya mungkin pernah ada yang mengalami hal serupa.Â
Kebingungan kala mengetahui kecurangan yang dilakukan perusahaan tempat kita bekerja, bos, atau bahkan mungkin sebatas guru di sekolah. Sebagai bawahan yang tidak memiliki kuasa, kita tidak tahu harus berlaku apa. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani, rasanya ada yang menggelitik kalau kita tidak mengambil tindakan.