Ale tentu masih ingat momen di mana sang ibu harus berjuang sendirian menghidupi dirinya. Sang ayah tak pernah memberi nafkah sebagaimana seharusnya dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Ale juga masih ingat betul ketika ibunya menangis sesegukan mengadukan semua keluh kesahnya kepada Tuhan saat berdoa. Sang ibu mengadu bahwa ia hampir menyerah dengan keadaan, tapi tak bisa karena masih ada anak yang menjadi alasan untuk bertahan.
"Ale, itu cuma masa lalu. Ibu aja bisa maafin, kamu seharusnya juga bisa dong," ucap ibu.
Ale paham betul bahwa kalimat yang diucapkan sang ibu mengandung kebohongan. Ibunya belum bisa benar-benar memaafkan.
Kenapa Ale tau? Karena Ale tak sengaja membaca lembar terbaru dari buku curhatan milik ibunya saat hendak membersihkan kamar sang ibu. Di dalam lembar itu tertulis bahwa ibunya masih belum bisa benar-benar memaafkan kelakuan mantan suaminya di masa lalu.
Perselingkuhan yang dilakukan ayahnya di masa lalu itulah yang menjadi alasan mengapa sampai sekarang Ale belum memiliki kekasih. Ia takut hal bodoh itu dilakukan oleh pasangannya. Namun, jujur di satu sisi Ale juga ingin memiliki sosok laki-laki yang bisa ia jadikan 'rumah' selain ibunya.
Ada yang mengatakan bahwa anak perempuan akan mendapat karma dari kelakuan buruk yang dilakukan ayahnya. Untuk sekarang ini, boleh kan kalau Ale berdoa jika hal itu tak akan pernah terjadi pada dirinya? Ale takut jika kelak ia menikah lalu bercerai dengan kasus sama yang dilakukan ayahnya dulu---sang suami selingkuh dan anak mereka menjadi korban dari perceraian. Ale tentu tak mau hal itu terjadi.
Eh, apakah Ale akan menikah?