STRATEGI,MEKANISME,DAN MODEL PEMBERDAYAAN BUDIDAYA KACANG TANAHÂ
 Dosen pengampu: Yuliana Windi sari s.sosio.,M.sosio, Universitas Trunojoyo Madura
Nama penulis: est alfin qori,amabel philbertha zora prasetyo,adiella salsabila,abdur rozak,siti kamilia,alif galang saputra
Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu aspek penting untuk mencapai pembangunan yang menyeluruh dan berkelanjutan. Ini lebih dari sekadar proyek; pemberdayaan merupakan proses yang memberikan akses, meningkatkan kemampuan, dan menciptakan kemandirian bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan potensi yang mereka miliki. Dalam hal ini, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Nomor 8, yang menekankan pentingnya pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, menjadi panduan untuk melakukan perubahan sosial di banyak desa yang kurang berkembang.
Namun, keadaan mulai mengalami perubahan ketika pendekatan pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada potensi lokal mulai diterapkan. Proses ini dimulai dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya peningkatan keterampilan dan diversifikasi usaha. Melalui pelatihan sederhana, penduduk diajarkan cara mengolah hasil panen menjadi produk dengan nilai lebih tinggi seperti selai kacang dan kacang panggang. Mereka belajar bahwa hasil pertanian tidak hanya dijual mentah, melainkan bisa diolah menjadi produk yang lebih tahan lama dan memiliki nilai ekonomi yang lebih baik.
Selain pelatihan praktis, pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB) menjadi langkah signifikan dalam membangun kemandirian ekonomi secara kolektif. KUB berfungsi sebagai wadah bagi para petani untuk memproduksi, mengemas, dan memasarkan produk olahan mereka. Kerjasama juga dilakukan dengan UMKM, program CSR perusahaan, serta lembaga pendukung yang memberikan akses ke pasar lokal dan digital. Proses ini tidak hanya menciptakan peluang kerja baru, tetapi juga meningkatkan kualitas pekerjaan yang ada, menjadikannya lebih layak, produktif, dan berkelanjutan.
Untuk memastikan program berjalan lancar, berbagai bentuk dukungan diberikan, mulai dari penyediaan alat produksi, pelatihan kewirausahaan, hingga pembukaan akses pasar. Program ini tidak hanya berfokus pada pengembangan ekonomi, tetapi juga mendorong semangat kerjasama dan kolaborasi di antara penduduk. Mereka kini tidak lagi beroperasi sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai bagian dari komunitas yang saling mendukung dan berkembang bersama.
Hasilnya, perlahan tapi pasti, ekonomi desa mulai berkembang. Penduduk mendapatkan pendapatan tambahan dari produk olahan, angka pengangguran menurun, dan semangat berwirausaha mulai muncul di kalangan pemuda desa. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi bisa dicapai bahkan dari sektor yang selama ini dipandang sebelah mata.
Pemberdayaan petani kacang di komunitas ini menunjukkan bahwa transformasi sosial tidak hanya dipicu oleh kebijakan dari pemerintah pusat, tetapi juga dapat muncul dari masyarakat lokal. Melalui pendekatan yang melibatkan semua pihak, partisipatif, dan memanfaatkan potensi yang ada di masing-masing daerah, desa dapat berperan penting dalam meraih tujuan pembangunan internasional. Inilah inti dari SDGs: menjadikan pembangunan sebagai gerakan kolektif yang muncul dari level dasar, mengembangkan ekonomi lokal yang kuat, dan menciptakan lapangan kerja yang bermartabat bagi seluruh masyarakat.