William James mengajarkan bahwa keajaiban bukan sesuatu yang menimpa kita dari luar, tetapi sesuatu yang kita bangun dari dalam. Hidup, katanya, selalu menunggu keputusan paling berani dari manusia untuk percaya bahkan sebelum semua bukti ada. Kutipan terkenalnya: "Believe that life is worth living, and your belief will help create the fact."Â Ini bukan tentang penyangkalan realitas. James adalah seorang pragmatis sejati. Ia menyadari bahwa dunia itu keras dan tidak selalu adil. Namun ia juga percaya bahwa dalam ketidakpastian itu, keyakinan kita memiliki kekuatan untuk menggerakkan dunia.
5. Albert Ellis (1913-2007) Filsof dan Psikolog Modern: Rasionalitas sebagai Fondasi Kesejahteraan Emosional
Albert Ellis merupakan tokoh penting yang menghubungkan filsafat Stoik kuno dengan psikologi modern. Dengan menggabungkan wawasan dari Marcus Aurelius dan Epictetus dengan metodologi ilmiah, Ellis menciptakan teori yang praktis dan dapat diuji secara empiris tentang bagaimana berpikir positif mempengaruhi kesejahteraan emosional. Ellis adalah pendiri dari REBT (Rational Emotive Behavior Therapy), yang kemudian menginspirasi pengembangan CBT (Cognitive Behavioral Therapy), salah satu bentuk psikoterapi paling efektif dan banyak digunakan di dunia modern.
Rasionalitas sebagai Kekuatan Positif
Ellis percaya bahwa banyak penderitaan emosional manusia berasal dari pikiran irasional: keyakinan yang tidak realistis, berlebihan, atau pola berpikir "harus"-isme. Contohnya:
- "Saya harus selalu disukai oleh semua orang!"
- "Hidup harus adil dan sempurna!"
- "Jika saya gagal satu kali, berarti saya gagal selamanya!"
Pola pikiran seperti ini tidak hanya tidak realistis, tetapi juga menciptakan penderitaan emosional yang tidak perlu. Ketika realitas tidak sesuai dengan ekspektasi irasional ini, seseorang mengalami frustrasi, kecemasan, depresi, atau kemarahan yang berlebihan.
Ellis mengajarkan bahwa berpikir rasional dan positif bukan berarti menipu diri atau hidup dalam dunia fantasi, melainkan mengoreksi cara berpikir yang salah agar lebih sesuai dengan kenyataan. Dengan mengubah pikiran yang keliru, seseorang bisa mengubah perasaannya---dari cemas menjadi tenang, dari marah menjadi bijak. Itulah inti positive thinking therapy yang kemudian menjadi dasar bagi banyak bentuk terapi modern seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy), yang telah terbukti efektif dalam menangani depresi, kecemasan, dan berbagai gangguan emosional lainnya.
Relevansi Filosofis dan Praktis