Metode Conversio: Transformasi Batin
Dalam konteks filsafat Stoikisme, Conversio dapat dimaknai sebagai proses perubahan atau pembalikan arah batin manusia---dari reaksi negatif terhadap dunia luar menuju penerimaan dan ketenangan dalam diri. Conversio bukanlah kepasrahan yang bersifat apatis, melainkan transformasi batin yang memungkinkan seseorang untuk melihat realitas secara rasional, menerima yang tak bisa diubah, dan menjaga ketenangan di tengah kekacauan.
Marcus Aurelius menulis dalam Meditations "If you are distressed by anything external, the pain is not due to the thing itself, but to your estimate of it; and this you have the power to revoke at any moment."Â Pergeseran kesadaran ini dari luar ke dalam adalah jantung dari Conversio. Dengan berpikir positif dan menerima hal-hal yang tak bisa diubah, seseorang menemukan ketenangan batin (inner peace) yang sejati.
Contoh Kasus dalam Kehidupan Sehari-hari, Saat berkendara di jalan raya, seseorang tiba-tiba menyalip dan memaki tanpa alasan jelas. Reaksi awal tanpa Conversio; Kita mungkin merasa marah, tersinggung, atau ingin membalas. Sedangkan, reaksi dengan Conversio; Kita menyadari bahwa kita tidak dapat mengendalikan perilaku orang lain, tetapi bisa mengendalikan cara berpikir dan reaksi kita sendiri.
Metode Askesis: Latihan dan Disiplin
Askesis adalah metode latihan rohani dan mental yang digunakan oleh para filsuf Stoik untuk mencapai kebijaksanaan dan ketenangan batin. Tujuannya adalah melatih pikiran agar tetap tenang, rasional, dan bijak dalam menghadapi segala situasi hidup. Marcus Aurelius menggunakan askesis dalam kehidupan sehari-harinya sebagai seorang kaisar yang menghadapi tekanan, perang, dan tanggung jawab besar, namun tetap menjaga ketenangan batin. Marcus Aurelius berkata: "The mind must stand straight, not be held straight by others."Â Dalam latihan Stoik, ada prinsip penting untuk membedakan antara dua hal utama:
1) Fortuna (Hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan). Segala sesuatu yang datang dari luar diri kita: cuaca, penyakit, kematian, opini orang lain, posisi sosial, atau keberuntungan. Fortuna bersifat tidak pasti dan tidak dapat dikendalikan. Stoik mengajarkan untuk menerima hal-hal ini dengan tenang (acceptance), karena menentangnya hanya menimbulkan penderitaan.
2) Virtue (Hal-hal yang dapat kita kendalikan). Segala sesuatu yang berasal dari diri kita sendiri: pikiran, sikap, pilihan moral, reaksi, dan tindakan. Metode Askesis melatih kita untuk memisahkan antara Fortuna dan Virtue, agar kita fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan (Virtue), dan menerima dengan lapang dada hal-hal yang tidak bisa kita ubah (Fortuna).