Mohon tunggu...
Alya MeidhynaChairunnisa
Alya MeidhynaChairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar dan Belajar

Jangan lewatkan masa muda tanpa karya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pandemi Covid-19 pada Penjualan Alat Peraga IPA

21 April 2021   20:26 Diperbarui: 21 April 2021   20:44 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

   

 

BANDUNG – Dunia pendidikan yang saat ini sangat terimbas pandemi COVID-19, menimbulkan efek langsung bagi usaha produksi dan distribusi alat peraga pendidikan. Pengusaha kecil sangat merasakan efek tersebut dengan sangat menurunnya omset penjualan alat peraga pendidikan, bahkan banyak yang menghentikan usahanya karena sekolah sebagai pembeli atau konsumen alat peraga pendidikan menghentikan kegiatan belajar mengajar atau pengajaran tatap muka yang otomatis tidak adanya penggunaan alat dan bahan praktikum di sekolah. "Banyak usaha pembuatan alat peraga pendidikan yang tidak produksi saat ini, bahkan sudah tutup usaha sama sekali. Namun ada juga yang masih bisa bertahan seperti kami" kata Hepi Purwana salah satu pengusaha kecil alat peraga pendidikan di jalan Cibaduyut Lama Bandung, Senin (12/04/2021) siang.

Hepi Purwana menjelaskan sejak ada pandemi COVID-19 dampaknya sangat terasa. Penjualan menurun drastis bahkan macet. Selama hampir satu tahun setelah masa pandemi COVID-19 berlangsung, penjualan langsung merosot. Ada penjualan barang yang keluar tapi jumlahnya hanya satu dua pesanan dari sekolah dan terkadang tidak menutup ongkos produksi. Menurutnya, sebelum ada pandemi COVID-19 biasanya mulai bulan Maret sudah ada order, terutama pesanan dari sekolah-sekolah yang memperoleh Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari pemerintah.

"Jika Dana BOS dari pemerintah turun, dana cair dalam setiap triwulan kami bisa kewalahan menerima order. Tapi setelah COVID-19 dan sekolah libur semua berhenti, yang kuat hanya bertahan," ungkap Hepi Purwana. "Hanya pengusaha besar yang bisa mencoba bertahan meskipun hanya menyetok barang”.

Setelah ada COVID-19, kata Hepi, penjualan seret dan kadang merugi. Namun demikian dirinya dan keluarga yang terlibat usaha tetap berproduksi agar tidak merumahkan karyawan. "Sedikit sedikit kita tetap produksi. Yang penting tidak merumahkan karyawan, kasihan," ucap Hepi.

Untuk bertahan, tambah Hepi, dirinya mengandalkan pasar online bekerjasama dengan para reseller. "Reseller itu kan biasanya juga punya bisnis online. Kita arahkan sasaran ke bisnis online dengan harapan dapat menjaring pembeli yang lebih luas selain sekolah" papar Hepi. Namun memang masih belum sesuai harapan imbuhnya.

 

dokpri
dokpri
Hepi Purwana mengatakan, bahwa kendala utama UMKM di masa pandemi adalah persoalan daya beli dan kegiatan sekolah yang ditutup. Akhirnya Hepi Purwana hanya berharap, semoga semua kesulitan di masa pandemi COVID-19 ini segera berakhir dan daya beli sekolah normal kembali, dan segera dibuka kembali, agar ekonomi bangkit. “Karena hanya semua kebutuhan hidup yang tak terkena imbas, kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak-anak yang tak kenal kompromi harus terus dipenuhi” jelas Hepi pada pewawancara di kantornya. “Semoga semua cepat berakhir” tambah hepi.

Memang semua pihak berharap agar masa Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung saat ini cepat berakhir dan semua yang telah merasakan efek langsung terutama dalam keberlangsungan hidup usahanya dapat segera bangkit kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun