Mohon tunggu...
Alwin Widiyantoro
Alwin Widiyantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Masih mencoba menulis dengan semaksimal mungkin

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Webinar Hut LPDS Ke-33 Tahun Dalam Pengembangan Atlet Disabilitas di Indonesia

25 Juli 2021   17:52 Diperbarui: 29 Juli 2021   15:35 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Webinar ini merupakan sebagai bentuk memperingati HUT LPDS yang ke-33 tahun. Diadakan pada hari Jumat, 23 Juli 2021. Pada webinar kali ini, LPDS mempunyai tema seputar "Media dan Disabilitas". Terdapat beberapa narasumber dan keynote speech dalam acara webinar ini yang akan meluangkan waktunya untuk memberikan materi webinar kali ini. Pada Webinar kali ini, saya meliput materi tentang Disabilitas Fisik yang dibawakan oleh Sapta Kunta (perwakilan NPCI) yang menggantikan Senny Marbun sebagai Ketua Umum Nasional NPCI. Karena menurut saya, materi ini menarik dan berkenaan dengan keadaan fisik seseorang yang tidak sempurna, tetapi masih mampu unjuk gigi pada bidang olahraga. Oleh karena itu, saya akan memberikan informasi mengenai NPCI dan Atlet Disabilitas di Indonesia.  

Dalam pembinaan NPC, NPC selalu berjuang dalam memperjuangkan untuk kamu disabilitas yaitu kesempatan, kesamaan, penghormatan, perlindungan, pelayanan publik dan sosial, pemberdayaan menuju peningkatan terapi hidup yang berkualitas, adil, bermartabat sehingga tidak ada lagi kisah sedih disabilitas yang ditelantarkan, dieksploitasi, dan di diskriminasi. 

Atlet disabilitas (penyandang cacat) adalah atlet yang memiliki kekurangan secara fisik atau mental. Penyandang cacat ini mereka yang mengalami kelainan pada bentuk dan fungsi dari tulang, sendi, otot, dan kerja sama tulang sendi dan otot. 

Namun, bukan berarti penyandang cacat atau orang disabilitas tidak bisa menjadi seorang atlet. Semua orang bisa menjadi atlet, dari orang yang normal sampai orang yang mengalami disabilitas. 

Demi mendukung orang disabilitas yang ingin menjadi atlet, National Paralympic Committee (NPC) Indonesia menjadi induk organisasi di Indonesia. NPC Indonesia merupakan induk organisasi olahraga disabilitas di Indonesia.

Terkait dengan sejarah NPC, bahwa NPC berdiri tanggal 31 Oktober 1962. Pada waktu itu namanya adalah Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC). 

Kemudian, berkembang ada Musornas YPOC VII tanggal 31 Oktober – 1 November 1993 di Yogyakarta berubah menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC). 

Hal ini dari masukkan Kemenpora dan Koni Pusat, karena waktu itu memang BPOC dibawah Koni. Kemudian pada tanggal 18 November 2005, IPC atau organisasi Internasional mewajibkan bahwa semua yang terkait dengan pembinaan olahraga prestasi di kaum disabilitas itu harus menggunakan kata “Paralympic”. 

Sehingga pada  Musornas pada tanggal 27 Juli 2010 ada perubahan nama menjadi National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, maka di Akta Nomor 32 tertanggal 30 Agustus 2010.

NPCI merupakan induk organisasi olahraga disabilitas di Indonesia. Atlet yang dibina oleh NPCI memiliki hambatan sebagai berikut:

1) Hambatan Fisik (8 kategori), yaitu anggota tubuh tidak lengkap, perbedaan panjang tungkai, hipertonus, ataksia, atetosis, kelemahan otot, kekakuan gerak lingkup sendi pasif, dan perawatan pendek. 

2) Hambatan Penglihatan (Low vision & Buta total)

3) Hambatan Intelektual (IQ < 75, Down Syndrome, Autisme).  

Pembinaan prestasi di NPCI mempunyai jangka panjang olahraga disabilitas yang dilakukan dari level grassroot, mulai di level daerah/kabupaten/kota, provinsi dan nasional. 

Kemudian untuk jenjang kompetisi atau kejuaraan di level Nasional mulai dari Peparkot, Peparprov, dan Peparnas. Sedangkan untuk jenjang kompetisi atau kejuaraan di level Internasional mulai dari Asean Paragames, Asian Paragames, dan Paralympic Games.

Untuk pengkondisian lingkungan dan keunggulan latihan, NPCI merancang aspek sosial, keluarga, pendidikan, kesehatan, dan fasilitas lainnya. Itu semua memang hampir sama dengan pembinaan yang ada di non disabilitas.

Adapun pencapaian-pencapaian prestasi Paralympic yang perlu diketahui, yaitu:

  • Di Paralympic London 2012, Indonesia yang diwakilkan oleh David Jacobs berhasil mendapatkan 1 Medali Perunggu di cabang Tenis Meja/Pingpong.
  • Di Paralympic Rio De Janeiro 2016, Indonesia yang diwakilkan oleh Ni Nengah Widiasih berhasil mendapatkan 1 Medali Perunggu.

Kemudian untuk pencapaian prestasi dunia, yaitu:

  • Indonesia berhasil mendapat (Empat) 4 juara dunia atau mendapat Emas di Kejuaraan Dunia Para-Badminton Swiss yang diwakilkan oleh Dheva Anrimusthi, Leani Ratri Oktila, Hary Susanto, dan Hafizh Briliansyah.
  • Untuk di cabang Atletik yang diwakilkan oleh Karisma Evi Tiarani, yang berhasil memecahkan rekor dunia sekaligus menjadi Juara Dunia di Kejuaraan Dunia Para-Athletics.

Lalu, di Paralympic Games yang dihelat di London tahun 2012, Indonesia berhasil meloloskan 4 atlet dari 4 cabang olahraga dengan memperoleh 1 Medali Perunggu dan peringkat ke-74. 

Sedangkan untuk Paralympic di Rio De Janeiro tahun 2016, Indonesia berhasil meloloskan 9 atlet dari 4 cabang olahraga dengan memperoleh 1 Medali Perunggu dan peringkat ke-76. 

Lalu, untuk Paralympic Tokyo tahun ini (saat ini sedang berlangsung), Indonesia sudah terpenuhi lolos 23 atlet (dari target 15 atlet) dan meloloskan 7 cabang olahraga (dari target 6 cabor). 

Indonesia juga mempunyai target yang harus di capai pada Paralimpik Tokyo tahun ini, dengan menargetkan mendapatkan minimal 1 Medali Emas dan memperbaiki peringkat untuk, masuk 50 besar dunia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun