Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bakso Ikan Laura

15 Oktober 2020   21:31 Diperbarui: 15 Oktober 2020   21:39 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakso Ikan Laura (ala saya)/dokpri

Namanya sungguh indah. Laura. Entah siapa yang memberi nama  indah tersebut, dan bagaimana asal usulnya, saya belum menemukan. Beberapa kali menjelajah di google, minim sekali informasi yang saya dapatkan tentangnya. 

Informasi yang saya peroleh adalah si Laura termasuk ikan laut, yang tentunya kaya akan gizi, baik untuk pertumbuhan anak-anak maupun masa pemulihan bagi yang gizi kurang. Baik pula dikonsumsi oleh usia dewasa dan lansia karena kaya protein dan rendah kolesterol.

Ia, secara tidak sengaja saya membelinya pada abang penjual ikan di depan pasar kuliner di kota kecamatan. Prinsip saya membeli ikan adalah yang miskin durinya. Karena waktunya sudah agak siang, stok ikan si abang tinggal beberapa jenis saja. Ikan lele, nila, cakalang, bandeng, tongkol, kembung, dan ikan laura (sebut si abang penjual). Entah nama latinnya apa. Sementara cumi dan udang yang saya ingini telah habis.

Saya tertarik dengan ikan Laura. Tubuhnya gempi tapi tidak terlalu keras dan tulangnya  tidak banyak (lagi-lagi informasi dari si abang penjual). Dari matanya masih terlihat bening bisa dipastikan kualitasnya masih bagus.

"Coba deh bang, Laura saja 1 ekor, " pintaku, yang setelah ditimbang dan dikalkulasi harganya Rp 36.000,- dengan berat 0,9 kg.

"Bang, dipotong tipis saja ya."

Tapi kata si Abang,"Kalau tipis ndak bisa bu, karena dagingnya lunak banget."

Ya sudahlah sebisanya aja. Dan benar saja, saat dipotong dagingnya lunak banget dan pesan si Abang nanti digorengnya pakai telur, ya bu, biar tidak lengket.

"Bukan karena sudah kelamaan ya, bang?"tanyaku meyakinkan, dan si abang menjawab bukan.

Saat baru dua potongan si Abang sudah kesulitan memotong, karena takut dagingnya hancur. Melihat itu, langsung saya ambil inisiatif untuk difilet saja, dan buang duri dan kepala. Entah nanti sampai rumah mau dimasak apa belum kepikiran.

Alhasil sampai rumah ikan saya cuci dan bersihkan semua durinya, ambil meat chopper dan jadilah daging ikan halus. Saya pikir baiknya dibuat bakso saja. Setelah saya timbang ada 500 gram daging halus. 

Dengan PDnya saya siapkan bahan lain, seperti bumbu bakso daging sapi yang biasanya saya buat sendiri, setelah sekian kali belajar  dan sering gagal, akhirnya saya menemukan resep yang menurut saya pas kekenyalannya.

Kuncinya terletak pada perbandingan daging dan tepung tapiokanya, dimana setiap 500 gram daging ditambahkan 200 gram tepung tapioka. Bahan lainnya 1 sendok teh garam, 2 sendok teh mrica bubuk (sesuai selera), satu sendok teh gula pasir, dan 1 sendok teh baking powder. 

Bumbu yang biasa saya gunakan adalah bawang merah dan bawang putih diiris tipis dan digoreng sampai kekuningan. Tak lupa saya menambahkan 5-6 kotak kecil es batu yang diblender. Es batu ini ternyata sangat membantu dalam proses pencampuran dan pendinginan. Suhu daging pada saat diputar sedikit panas dan dengan es  suhu daging menjadi dingin dan tidak mudah lengket/lebih licin di tangan.

Bumbu bawang merah dan bawang putih goreng dihaluskan bersama daging. Setelah tercampur rata, adonan saya pindahkan ke wadah yang lebih besar agar lebih mudah proses pencampurannya. Tak lupa ditambahkan 1 butir telur bagian putihnya saja. Jika terasa padat bisa ditambahkan lagi air es atau es batu yang dihaluskan.

Saat proses dimasak/dokpri
Saat proses dimasak/dokpri

Sementara itu, saya terlebih dahulu memanaskan air dalam panci sampai hampir mendidih. Adonan bakso siap dibentuk bulatan-bulatan sesuai selera dan dimasukkan dalam air panas dalam panci dengan posisi api dimatikan. 

Setelah selesai, panci ditutup dan api dinyalakan pada level nyala kecil saja. Usahakan api tetap kecil agar air tidak terlalu mendidih karena bakso bisa pecah.  Bila bakso sudah mengambang segera diangkat dan tiriskan. Alhamdulillah baksonya sesuai yang saya harapkan, kenyal dan rasanya pas di lidah.

Sesaat setelah ditiriskan, siap simpan di freezer/dokpri
Sesaat setelah ditiriskan, siap simpan di freezer/dokpri

Inilah pengalaman saya hari ini, dari yang rencananya  menggoreng ikan akhirnya menjadi bakso ikan yang kenyal dan rasanya enak. Bakso bulat sebanyak 50 butir, siap tersaji dan memuaskan anak-anak yang suka makan bakso.

Bakso ikan pertama produksi saya, bakso ikan Laura yang tanpa direncana . Gerakan makan ikan , gerakan kita bersama, untuk hidup sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun