Mohon tunggu...
Alvin Haidar
Alvin Haidar Mohon Tunggu... Relawan - Chemical engineer in the making

Teknik kimia ITB 2016, Terbentur, terbentur, terus tidur Pembelajar, pelajar, pengajar, terhajar.... Cek ig @sobatgajah yakkk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pocong-Man #3

3 Januari 2017   21:55 Diperbarui: 3 Januari 2017   22:21 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Senin merupakan hari yang penuh semangat untuk memulai sekolah. Sebagai sekolah berasarama, sekolah Kanep nyaris tidak memiliki jarak dengan asrama. Kanep dan teman-teman sekelasnya memulai hari shalat duha di masjid sekolah dan    caw ke kelas masing-masing. Pelajaran pertama Kanep adalah biologi.

"Eh...eh.. tau gak, tengkorak di lab hari ini pindah ke depan ruang guru!" seru Anita salah satu teman sekelas Kanep. Ya, gosip tentang tengkorak lab biologi yang sering pindah tiap hari senin sudah menjadi buah bibir tiap siswa. Beberapa orang berpikir itu hanyalah ulah iseng beberapa siswa, namun sampai hari ini belum ada orang yang mengaku. Sambil mengotak-atik cawan petri, Kanep melihat beberapa hantu lagi keliling, "Mungkin ane bisa nanya sesuatu nih tentang masalah tengkorak..." Pikir Kanep dalam hati.

Jam 10.00, bel istirahat berbunyi, hampir seluruh siswa menyerbu kantin. Maklum 15 menit istirahat sangat berharga bagi mereka yang beristirahat. Hari ini Kanep puasa Senin dan Kamis (ntaaaps), Kanep pun langsung melanocng ke perpustakaan untuk baca koran dan berkomunikasi dengan para hantu (para hantu juga tidak ingin ketinggalan informasi). Pas banget... ada si Popo ama para tuyul sedang belajar membaca. "Po, sini bentar...", sahut Kanep. Popo yang tergantung pensil di deket telinganya (gimana naronya?) langsung mendekati Kanep di pojokan perpusatakaan. "Po, ente tau gak tentang tenggorak lab biologi yang sering keliaran tiap malem?" tanya Kanep berbisik di pinggiran perpus, tidak ada yang curiga. "Wkwkw banyak, Nep, tapi setiap hantu bakal balik ke tempatnya masing-masing kalo abis keliaran," kata Popo. "Kalau mau mending malam Jumat kita fokusin ngerondanya deket lab, gimana?" saran Popo. "Sep! jangan lupa..." seru Kanep.

Malam Jumat jam 24.00, setelah belajar Kanep dan Popo langsung berubah jadi "Pocong-Man" dan nangkrong di atas pohon deket sekolah. Kanep menggunakan fitur "call a friend" di Pocong-App dan minta Mbak Kunti buat nemenin ronda malam kali ini. "TUmben mbak, pake motif bunga-bunga?" Tanya Kanep. "Hihihihihi... iya nih, Nep, lagi ngikutin trend." Jawab Kunti yang berpakaian daster sambil ketawa khas kuntilanak. "Udeh jam 12 lebih nih... cek lab yuk," ajak Kanep.

Pocong-Man (Kanep dan Popo) masuk sekolah malam-malam. Kegelapan menyelimuti seisi sekolah, terasa sekali ada kehidupan lain yang sedang berlangsung di tengah malam. Tidak perlu kunci karena Pocong-Man memiliki kemampuan tembus. Juga tidak perlu keliatan satpam karena memiliki kemampuan tidak terlihat. Sambil melangkah pelan (ga ada efek tapak kaki), Pocong-Man melangkah ke lantai 2 menuju lantai biologi.

Lab biologi terbagi menadi 2 ruang kelas, kelas yang pertama berisi banyak hewan hasil awetan yang diletakkan dalan tabung kaca khusus dan kelas yang kedua berisi berbagai anatomi tubuh manusia. Setgap malan terlihat semua hewan awetan, babian tubug manusis, dan berbagai perangkat lab lain "beraktivitas" di malam hari. Namun, seperti kebiasaan hantu-hantu "perangkat" lain setelah jam malam selesai mereka akan kembali ke posisinya masing-masing. Karena itu, kasus tengkorak tiruan yang berpindah-pindah merupakan hal yang tidak lazim.

Pocong-Man mengintip dari jendela luar lab. Aktivitas hewan-hewan awetan seperti kepiting, kelabang, dan hewan kecil lain terlihat normal. Usus, jantung, dan ginjal pun mondar-mandir tidak jelas seperti biasa. Ada satu yang janggal... tidak ada si Tengkorak, biasanya dia main bareng makhluk-makhluk lain di lab.

Srek ..srek...srek terdengar suara langkah gontai dari arah lorong kelas. Pocong-Man yang sedang mengintip menengok sejenak. "Waduh ntu dia si Tengkorak, abis jalan-jalan bre?" sapa Pocong-Man alias Kanep. Dari balik kegelapan, Tengkorak sambil sedikit menunduk tiba-tiba menatap Pocong-Man dengan mata kosong (emang ga ada matanya). Si tengkorak sejenak diam... dan tiba-tiba bergerak menyerang Pocong-Man yang berjarak beberapa langkah.

Kanep dengan cekatan menghindar ke samping, " Waduh... kok ente jd nyerang ane?" Namun si Tengkorak tidak menjawab dan kembali bergerak mencoba menubruk Pocong-Man. Kali ini Pocong-Man terhempas hingga mengenai loker di sekitar koridor. "Sakit...kalo sesama hantu kagak bisa tembus nih serangan", ujar Pocong-Man. "Kenapa nih Tengkorak... kagak biasa hantu sekitar jadi beringas?", ujar Kanep dalam hati, "Hmmm kayaknya ada suatu hal... kita hentikan dulu si Tenkorak yang penting!" Jawab Popo dalam hati Kanep.

Oke, rencana Pocong-Man dimulai, dengan menggunakan kain kafan eh... jubahnya Pocong-Man mulai "menggoda" si Tengkorak. Mirip adegan matador Spanyol yang lawan banteng, jubah dijadikan Pocong-Man sebagai penggoda (toro...toro). Si tengkorak jelas menjadi marah ia pun langsung kembali berlari dan berusaha men-tackle Pocong-Man. Sluurp....layaknya matador, Pocong-Man dengan jubah putihnya menangkis tackle si Tangkorak. Bruuk... Tengkorak yang terlalu cepat kali ini menubruk dinding. Tidak menyerah, berkali-kali Tengkorak kembali menyerang, namun lagi-lagi Pocong-Man berhasil menghindar.

Last attack, untuk Pocong-Man! si Tengkorak kali ini menggunakan "Tackle Tulung Rusuk" yang terkenal maut. Namun, Pocong-Man tidak tinggal diam, tatkala serangan datang jubah langsung dibentangkan dan Pocong-Man melompat ke atas. Hup! sambil meloncat, Pocong-Man menggunakan jubah untuk mengikat bagian atas Tengkorak dan hinggap di atasnya. Tengkorak yang tertutupi pandangannya pun mulai bingung dan bergerak semrawut. Pocong-Man yang berada di atas pundak pun juga bingung. Sekejap Pocong-Man membanting tengkorak ke arah tangga  lantai 2. Tengkorak pun terjatuh ke bawah dan terpukul setiap anak tangga hingga terkapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun