WHO menyatakan bahwa stress yang dialami pada masa pandemi COVID-19 cenderung disebabkan karena ketakutan akan kesehatan, adanya perubahan pola keseharian, dan sulitnya berkonsentrasi. Salah satu lapisan masyarakat yang terkena dampak dari stress yang ditimbulkan dari situasi pandemi Covid-19 adalah kalangan remaja.Â
Pada usia remaja, individu akan lebih rentan untuk menghadapi stress, kecemasan berlebihan, dan mood swing terutama jika terjadi perubahan pada lingkungan.Â
Adanya perubahan pola belajar yang dirubah menjadi pertemuan jarak jauh melalui pembelajaran daring juga menjadi salah satu pendorong timbulnya stress pada remaja di masa pandemi COVID-19. Perubahan pembelajaran menjadi daring tidak dapat langsung diterima oleh setiap remaja, terutama dikarenakan kurangnya fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan pembelajaran.Â
Terjadinya perubahan suasana dimana terkadang lingkungan rumah tidak selalu mendukung dan kurang kondusif untuk pelaksanaan proses belajar dapat menjadi suatu kendala yang dirasakan oleh para remaja.Â
Selain itu, beberapa remaja mungkin mengalami kendala ekonomi atau kendala lokasi yang dapat menghambat pelaksanaan belajar dikarenakan siswa dituntut untuk memiliki koneksi internet dengan jaringan yang baik.Â
Menurut data dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK), masalah terbesar yang dihadapi remaja pada proses pembelajaran daring adalah hambatan belajar sebesar 27,7%, hal ini akan menyebabkan ketidakmampuan remaja dalam mengikuti proses pembelajaran. Di sisi lain pihak sekolah seringkali memberikan tugas yang cukup banyak sehingga hal ini menyebabkan penambahan stress pada remaja.
Pergeseran model pembelajaran ke pertemuan jarak jauh melalui pembelajaran online juga menjadi salah satu pemicu stres remaja di masa pandemi COVID-19.Â
Terkadang lingkungan rumah tidak selalu mendukung dan tidak kondusif untuk pelaksanaan proses pembelajaran, dan perubahan suasana dapat menjadi hambatan yang dirasakan. Terganggunya sistem pendidikan formal Indonesia berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa, terutama bagi mereka yang kurang mampu mengakses peluang dan pembelajaran berkualitas di wilayah tempat tinggalnya masing-masing.Â
Terganggunya sistem pendidikan formal yang ada di Indonesia berdampak negatif terhadap hasil pencapaian belajar para peserta didik, terkhusus bagi mereka yang kurang mampu dalam mendapatkan akses serta kualitas pembelajaran yang bagus di masing-masing daerah mereka tinggal.Â
Harapan dari kembalinya sistem PTM akan meningkatkan semangat belajar dan juga mengurangi tingkat stress yang timbul pada siswa sekolah terlebih remaja yang tengah menikmati masa muda mereka akibat terlalu lama dirumah.Â
Makna yang dapat kita ambil disini ialah bahwa pembelajaran itu terjadi karena adanya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik di suatu lingkungan belajar.Â