Mohon tunggu...
Alvarizqi Atmaja
Alvarizqi Atmaja Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga. NIM 21107030060.

Seorang mahasiswa yang bermimpi bisa menimba ilmu di luar negeri. Hobby membaca buku, menulis, fotografi, dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Inilah yang Terjadi Setelah Saya Berhenti Merokok Total Selama 5 Bulan Penuh

13 Juni 2025   22:07 Diperbarui: 13 Juni 2025   22:07 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya tidak pernah membayangkan bisa benar-benar berhenti merokok. Kebiasaan itu sudah begitu melekat dalam keseharian saya. Rokok selalu menemani ketika duduk diam, ketika gelisah, saat nongkrong, bahkan di sela-sela waktu menunggu. Dulu, saya merasa tidak lengkap kalau belum merokok. Tapi semuanya berubah ketika saya memutuskan untuk berhenti, dan hari ini, setelah satu bulan tanpa sebatang pun rokok, saya ingin menceritakan apa saja yang saya rasakan.

Awalnya, keputusan untuk berhenti datang bukan dari niat yang tiba-tiba besar. Justru karena saya merasa lelah, lelah dengan napas yang selalu pendek, lelah dengan bau rokok di badan dan baju, dan terutama lelah dengan hubungan saya dengan orang tua yang semakin dingin karena mereka tidak menyukai kebiasaan saya itu. Saat saya melihat wajah ibu yang kecewa setiap kali mencium bau rokok di kamar, saya tahu saya harus mengubah sesuatu.

Hari pertama tanpa rokok rasanya seperti menahan nafas panjang tanpa tahu kapan bisa lega. Tangan terasa kosong, mulut terasa sepi. Ada rasa gelisah yang muncul setiap kali biasanya saya akan merokok. Tapi saya mencoba menahannya, mengalihkan dengan minum air, mengunyah permen karet, dan sesekali berjalan keluar rumah.

Memasuki hari ketiga, tubuh saya mulai memberikan respons yang tidak biasa. Tenggorokan terasa lebih bersih, tidak ada lagi dahak yang mengganggu di pagi hari. Nafas saya pun terasa lebih panjang dan tidak terengah-engah seperti biasanya. Ini adalah perubahan pertama yang saya sadari nafas saya menjadi lega.

Saya juga mulai memperhatikan bahwa tubuh dan pakaian saya tidak lagi bau rokok. Ini perubahan sederhana, tapi sangat berdampak pada kepercayaan diri. Biasanya saya selalu memakai parfum untuk menutupi bau asap yang menempel di tubuh, tapi kini saya merasa wangi tubuh saya lebih alami, dan tidak ada bau apek yang menyelinap dari saku jaket atau celana. Tidak bau rokok ternyata membuat saya merasa lebih segar dan bersih.

Hal lain yang tidak kalah berarti adalah perubahan sikap orang tua saya. Sejak saya berhenti merokok, mereka mulai lebih terbuka untuk ngobrol, terutama ibu saya. Bahkan ada momen ketika bapak tiba-tiba bertanya, "Sudah nggak ngerokok lagi ya?" sambil tersenyum kecil. Kalimat itu mungkin sederhana, tapi bagi saya itu seperti pelukan hangat yang diam-diam menenangkan. Saya merasa lebih disayang dan dihargai kembali sebagai anak. Hubungan kami membaik, bahkan sekarang ibu lebih sering mengajak saya makan bersama atau sekadar duduk di ruang tamu sambil menonton acara TV.

Yang tidak saya sangka, berhenti merokok juga membuat kondisi keuangan saya membaik. Biasanya saya menghabiskan sekitar Rp20.000--Rp30.000 per hari hanya untuk membeli rokok. Dalam sebulan, itu bisa mencapai hampir Rp900.000. Kini, uang itu saya alihkan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat: olahraga. Saya membeli sepasang dumbbell, matras olahraga, dan ikut kelas latihan fisik secara online. Uang yang dulu habis dibakar, kini justru membuat tubuh saya menjadi lebih sehat dan kuat.

Berolahraga juga membantu saya dalam proses berhenti merokok. Setiap kali hasrat merokok datang, saya alihkan dengan push-up, plank, atau sekadar stretching. Lama-lama, tubuh saya malah ketagihan gerak, bukan nikotin. Rasanya menyenangkan bisa bangun pagi dan merasakan tubuh berkeringat karena olahraga, bukan batuk karena asap rokok.

Tentu saja, perjalanan ini belum selesai. Kadang-kadang masih muncul keinginan untuk merokok, apalagi ketika sedang stres atau berada di lingkungan yang merokok. Tapi saya belajar satu hal seperti  godaan itu akan lewat jika tidak dilayani. Saya mulai menyadari bahwa banyak hal baik sedang tumbuh dalam hidup saya setelah berhenti. Dari kesehatan, hubungan dengan keluarga, keuangan, hingga kepercayaan diri semuanya menjadi lebih baik.

Sebulan mungkin bukan waktu yang panjang, tapi cukup untuk membuat saya yakin bahwa saya bisa meninggalkan rokok untuk selamanya. Saya tidak ingin kembali ke hari-hari di mana saya sesak napas di pagi hari, dijauhi orang-orang terdekat, dan membuang uang untuk sesuatu yang justru merusak diri saya sendiri.

Bagi saya, berhenti merokok bukan hanya soal meninggalkan kebiasaan buruk. Tapi juga soal menghargai diri sendiri, membangun kembali hubungan dengan orang-orang yang saya cintai, dan menjadikan hidup saya lebih bermakna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun