Mohon tunggu...
Alsya Carissa Zevanda
Alsya Carissa Zevanda Mohon Tunggu... -

Halo..

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terapi Gen Hemofilia, Berguna Tidak?

25 November 2017   19:53 Diperbarui: 25 November 2017   20:06 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Darah adalah cairan yang terdapat pada tubuh semua manusia dan hewan yang berfungsi untuk mengedarkan zat-zat, nutrisi, dan oksigen ke jaringan tubuh yang membutuhkan, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme tubuh, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri. Darah terdiri dari empat hal yaitu plasma darah (berbentuk carian), sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (platelet atau trombosit.

Plasma darah adalah cairan berwarna bening kekuningan yang mengandung air, protein plasma, dan bahan campuran kompleks. Eritrosit, atau sel darah merah, berbentuk seperti cakram dan mengandung hemoglobin. 

Sel darah merah berfungsi untuk mengedarkan oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Leukosit, atau sel darah putih, diproduksi di sumsum merah tulang maupun kunging dan bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh serta bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misalnya virus atau bakteri. 

Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Dan yang terakhir adalah trombosit atau keping darah yang berfungsi dalam hemostatis (penghentian pendarahan) dan bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.

Setelah membahas sedikit tentang darah, kali ini kita akan membahas tentang salah satu penyakit terkait dengan darah, yaitu hemophilia.

Hemofilia adalah penyakit karena kegagalan dalam proses pembekuan darah pada pembuluh darah yang cedera atau singkatnya adalah penyakit dimana darah sulit membeku. Hemofilia adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik yang berarti hemofilia adalah penyakit keturunan.

Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses yang kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika terjadi luka. Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh darah yang terluka, pelepasan zat untuk menarik keping-keping darah ke daerah luka, dan pembentukan benang-benang fibrin. Komponen darah yang terlibat dalam proses penggumpalan darah adalah keping-keping darah (trombosit) dengan bantuan ion kalsium. 

Apabila luka terjadi pada pembuluh darah yang tipis, pengetatan dinding pembuluh darah dapat mencegah pengeluaran darah. Tetapi, jika terjadi kerusakan cukup besar pada pembuluh darah, keping-keping darah akan berkumpul di sekitar luka dalam jumlah besar dan menempel pada pembuluh darah, kemudian membentuk jala fibrin yang menahan keluarnya sel darah.

Jika lukanya sangat besar, keping-keping darah akan mengirim zat kimia yang bekerja sama dengan zat lainnya di dalam plasma darah untuk membentuk benang-benang fibrin. Jala atau benang-benang fibrin yang terbentuk pada permukaan luka dapat menahan keping-keping darah dan sel-sel darah merah agar tidak menetes ke luar. Luka yang besar dan tidak bisa diperbaiki sendiri oleh tubuh perlu dijahit agar bagian yang terbuka menjadi lebih sempit. Dengan demikian, fungsi benang-benang fibrin dan keping-keping darah menjadi lebih efisien.

Dalam proses pembekuan darah, keping-keping darah (trombosit) yang menyentuh permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan trombokinase. Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin. Protrombin merupakan enzim yang belum aktif, berupa senyawa globulin yang dihasilkan di hati dengan pertolongan vitamin K, sedangkan trombin merupakan enzim yang sudah aktif. 

Pengubahan protrombin menjadi trombin sangat memerlukan zat kalsium untuk mempercepat proses tersebut. Trombin mengubah fibrinogen (protein yang larut dalam plasma darah) menjadi librin yang berbentuk benang-benang. Proses pembekuan darah membutuhkan unsur-unsur dalam darah, seperti platelet (keping-keping darah) dan protein plasma darah. Di dalam kasus hemofilia, terdapat mutasi gen yang menyebabkan tubuh kekurangan faktor pembekuan tertentu dalam darah. Hemofilia ternyata ada tiga jenis, yaitu antara lain:

Hemofilia A

Hemofilia A adalah jenis hemofilia yang paling banyak dijumpai, diantara jenis hemofilia yang lain. Hemofilia Klasik merupakan jenis hemofilia yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah. Hemofilia A disebabkan oleh kurangnya faktor pembekuan 8 (VIII). Hemofilia kekurangan faktor VIII, terjadi karena kekurangan faktor VIII yang merupakan protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.

Hemofilia B

Hemofilia B disebabkan oleh kurangnya faktor pembekuan 9 (IX).

Hemofilia C

Hemofilia C disebabkan oleh kurangnya faktor pembekuan 11 (XI), dan gejala hemofilia C sering kali adalah yang paling ringan diantara jenis hemofilia lainnya.

Penyebab hemofilia A adalah mutasi gen yang terjadi pada faktor pembekuan VII. Sedangkan hemofilia B disebabkan oleh mutasi gen yang terjadi pada faktor pembekuan IX (9) dalam darah.

Penyakit ini merupakan penyakit yang diturunkan genetik. Orang dengan hemofilia tidak dapat memproduksi faktor VIII atau IX dalam jumlah yang cukup. Karena itu, ketika operasi atau luka terbuka, pasien akan sangat sulit untuk menghentikan pendarahan karena tubuh mereka tidak memproduksi cukup protein untuk penggumpalan darah. Mutasi gen pada hemofilia A, B, dan C terjadi pada kromosom X dan bisa diturunkan dari ayah, ibu, atau kedua orang tua.  

Dalam banyak kasus, hemofilia secara genetik diteruskan ke anak mereka, biasanya karena ibu mereka. Ini disebut kelainan genetik yang berkaitan dengan kromosom seks (kromosom X). Wanita biasanya tidak memiliki gejala karena mereka punya dua kromosom X (XX), jika wanita memiliki salah satu kromosom X dengan hemofilia, ia tidak memiliki hemofilia. 

Wanita dapat mengalami hemofilia hanya bila kedua kromosom X membawa sifat hemofilia. Sebagian besar wanita dapat menjadi pembawa gen abnormal ini dan menurunkannya pada anaknya, tanpa dirinya sendiri mengalami gejala hemofilia. Sedangkan pria dengan gen abnormal ini cenderung akan menderita penyakit hemofilia.  

Pria hanya punya satu kromosom X, jadi jika pria memiliki kromosom X dengan sifat hemofilia, maka ia akan mengalami hemofilia. Di sisi lain, mutasi gen ini juga dapat terjadi secara spontan pada penderita hemofilia yang tidak memiliki riwayat keluarga penderita hemofilia.

Hemofilia, atau terkadang disebut The Royal Disease (disebut seperti ini karena penyakit ini menimpa keluarga kerajaan Inggris, Jerman, Russia, dan Spanyol pada abad 19), adalah salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Namun, ada beberapa cara untuk mencegah dan menanganinya.

Penanganan hemofilia dikelompokkan menjadi dua, yaitu penanganan untuk mencegah timbulnya perdarahan (profilaksis) dan penanganan pada saat terjadi perdarahan (on-demand).

Untuk mencegah terjadinya perdarahan, penderita biasanya diberikan suntikan faktor pembekuan darah. Suntikan yang diberikan untuk penderita hemofilia A adalah octocog alfa yang dirancang untuk mengontrol faktor pembekuan VIII (8). Pemberian suntikan ini dianjurkan setiap 48 jam. Namun, pemberian suntikan ini dapat memberikan beberapa efek samping. 

Efek samping yang mungkin muncul akibat pengobatan ini di antaranya adalah gatal, ruam kulit, serta nyeri dan kemerahan pada area yang disuntik. Sementara itu, penderita hemofiilia B dengan kekurangan faktor pembekuan IX (9) akan mendapat suntikan nonacog alfa. Penyuntikan obat ini biasanya dilakukan 2 kali dalam seminggu. Suntikan ini ternyata juga memberi efek samping. 

Efek samping yang mungkin muncul akibat pengobatan ini berupa mual, pembengkakan pada area yang disuntik, pusing, dan rasa tidak nyaman. Suntikan untuk mencegah perdarahan ini biasanya diberikan seumur hidup, dan perkembangan kondisi pasien yang akan terus dipantau melalui jadwal pemeriksaan rutin.

Tujuan penanganan yang kedua adalah untuk menghentikan terjadinya perdarahan secara berkepanjangan. Dalam hal ini, obat yang diberikan pada saat terjadinya perdarahan hamper sama seperti obat yang diberikan untuk mencegah perdarahan. Untuk menghentikan perdarahan pada kasus hemofilia A, dokter akan memberikan suntikan octocog alfa atau desmepressin. 

Sedangkan untuk kasus hemofilia B, dokter akan memberikan suntikan nonacog alfa. Penderita yang mendapat suntikan ini harus melakukan pemeriksaan kadar inhibitor secara teratur, karena obat faktor pembekuan darah terkadang dapat memicu pembentukan antibodi sehingga obat menjadi kurang efektif.

Salah satu bentuk penanganan lain adalah dengan terapi gen. Tujuan pengobatan adalah untuk memberikan faktor VIII pada tubuh yang tidak dibuat secara alami oleh tubuh yang menderita hemofilia. Inilah yang disebut terapi pengganti gen, namuun bukan obat. Terapi gen, dalam arti luas adalah transfer materi genetik (DNA atau RNA) ke dalam sel tubuh pasien untuk mengobati penyebab penyakit tertentu. 

Bahan genetik yang ditransfer megubah bagaimana satu protein atau kelompok protein dihasilkan oleh sel. Sederhananya, terapi gen adalah penambahan gen baru ke sel pasien untuk menggantikan gen yang rusak dengan cara melawan penyebab penyakit. Dalam kasus hemofilia, terapi pengganti gen mengubah konsentrat faktor pembekuan VIII (untuk hemofilia A) atau faktor pembekuan IX (untuk hemofilia B).

Bila anda memiliki hemofilia A, anda akan mendapatkan versi terkonsentrasi dari faktor VIII yang masuk ke aliran darah melalui faktor IV. Faktor IV dapat berasal dari darah manusia atau dari laboratorium.

Adynovate telah ditemukan untuk membantu mengendalikan pendarahan pada orang dewasa dan anak-anak berusia di atas 12 tahun. Adynovote dapat digunakan baik dalam upaya pencegahan dan sebagai obat yang membantu pembetukan darah dan mengurangi frekuensi infus faktor VIII yang diperlukan.

Terapi penggantian gen bekerja dalam banyak kasus, tetapi ada kemungkinan bahwa tubuh akan menolaknya karena menganggap faktor pembekuan ini sebagai antibodi dan malah akan menyerangnya. Terapi gen ini juga memiliki kelemahan lain yaitu virus dari faktor pembekuan manusia lain. Faktor pembekuan dari darah manusia lain dapat membawa virus penyakit lain, seperti HIV/AIDS atau hepatitis. 

Namun kemungkinannya kecil karena seharusnya sebelum diberi ke pasien yang membutuhkan, darah donor dicek terlebih dahulu apakah cocok atau tidak, apakah memliki penyakit lain atau tidak yang dapat memengaruhi pasien yang akan mendapatkan donor. Jadi, terapi gen tidak dapat menyembuhkan hemofilia 100%. Mungkin hanya akan mencegah pendarahan yang berlebih untuk beberapa waktu jika pengobatan tidak rutin.

Namun jangan putus harapan, karena walaupun tidak bisa sembuh total masih ada beberapa cara pencegahan untuk menghindari peredaran darah yang berlebihan. Diantaranya adalah:

Cobalah untuk menghindari cedera, karena jika tidak cedera maka tidak ada pendarahan yang terjadi.

Berolahraga secara teratur untuk pembangunan otot yang kuat agar tidak mudah terluka dan sendi agar tidak terjadi pendarahan dalam.

Jangan sembarangan mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat memperburuk perdarahan seperti aspirin dan ibuprofen. Gunakan obat-obatan yang dianjurkan dokter.

Jagalah kebersihan gusi dan gigi dan lakukanlah pemeriksaan gigi secara rutin, karena hal ini mencegah adanya pencabutan gigi yang rusak. Pencabutan gigi dapat menyebabkan pendarahan yang berlebihan.

Makan makanan yang sehat dan bergizi dan jagalah berat tubuh karena berat tubuh yang berlebihan dapat mengakibatkan pendarahan pada sendi di kaki.

Sekian dari saya kali ini dan semoga bacaan ini bermanfaat. Akhir kata, tetap sehat, jagalah diri, dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun