Mohon tunggu...
Antonius Lucas Subekty
Antonius Lucas Subekty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Isteri Lusiana Maria Widya Permana Sari Anak 1 Felisitas Arum Permana Nina Prastiwi Anak 2 Agata Laras Permana Gita Prastiwi Anak 3 Antonius Satya Permana Tyas Prastiwi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kau Depan – Aku Belakang

25 Agustus 2015   15:25 Diperbarui: 25 Agustus 2015   15:25 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi pengikut dan ambil bagian di belakang, banyak dirasa kurang keren. Padahal mustahil ‘kan, semua jadi pemimpin dan kepala? Jika ada pemimpin atau kepala, pasti ada anggota. Itu berlaku pada apa saja dan di mana saja. Akan tetapi fakta berkata, masih saja ada kendala buat mengakui kelebihan individu lain; entah dari kelompok sendiri, apalagi dari grup lain! Banyak rasa tidak suka daripada ikut serta memberi dukungan bagi kemajuan. Padahal ibarat ada dalam satu tubuh. Korporasi. Negara. Bisa bayangkan kengerian fragmentasi yang ditimbulkan. Tidak heranlah jika ada gerombolan yang ngaku dekat Sang Pencipta, tega menghabisi nyawa sesama! Ironisnya trend pengikut anasir buruk ini makin meluas. Bukan cuma yang dekat area pertumpahan darah sia-sia itu, tetapi meluas ke seantero dunia! Kecemasan massal merebak ke mana-mana. Terror dan penebar terror berkelebat tak tentu arah di beberapa bagian belahan dunia saat ini. Pesimisme dan ketakutan pasti menguasai jika tanpa kendali berarti!

Sangat beruntung dalam kondisi chaos macam itu, masih ada Komunitas Ini. Komunitas yang egaliter. Yang kecil dan disepelekan di mana-mana; di sini punya peluang sama. Mengapa bisa? Salah satu yang menjadi landasan hidup bersama adalah Semangat ‘Kau Depan – Aku Belakang’: KDAB. Siapa sedang di depan memimpin, yang lain mendukung dan mau berkontribusi positif nyata. Perbedaan dirayakan dengan sukacita karena justru berbeda jadi penuh warna dan dinamika. Daripada monotone membosankan, digelorakan dengan stereo dan bahkan surround dengan high fidelity paling yahuud! Kenapa bisa? Karena setiap individu di sini bersemangat tulus ikhlas tanpa pamrih. Artinya CINTA yang menyemangati dan mendorong kerjasama untuk menghasilkan kualitas prima. Siapa pun partner kerja saat itu, tetap oke! Sebab semangatnya adalah ‘KDAB’.

Hari ini Kamaleoni Bunglon dan Bunglorio belahan jiwanya berbagi bagaimana menjalankan kaidah dan semangat ‘KDAB’ ini. Rupanya persis sama dengan gerombolan yang destruktif itu dulu Bunglorio dan Kamaleoni bersikap dan berperilaku. Maksudnya? Mereka dulu reaktif dan tukang marah juga. Eksklusif dan memandang rendah plus remeh jika ada yang beda. Hajar dulu urusan belakangan menjadi credo yang mendarahdaging sedari muda. Gelap gulita dan pesimisme sangat menggurita. Akhirnya frustrasi dan ingin marah sajalah yang mendominasi. Bisa dibayangkan kengerian yang ditimbulkan!

Kelebihan Komunitas Ini memberikan kesempatan belajar dan ambil bagian nyata dalam tujuan meningkatkan harkat individu semakin tinggi. Egoisme dan egosektoral diganti dengan kemauan berbagi dan memberi kesempatan. Optimisme untuk berbagi ilmu dan pengalaman dijalankan dengan kesadaran tinggi. Sesungguhnya setiap individu bisa berperan penuh, ketika diberi kesempatan. Kaidah ‘KDAB’ membawa setiap individu di Komunitas ini siap sedia membantu dan mendukung siapa saja yang sedang mendapat kesempatan bertanggungjawab jadi kepala atau pemimpin. Bunglorio dan Kamaleoni sadar betul untuk berkomunikasi efektif antara mereka berdua. Buat komitmen penuh sebagai pasangan. Ketika mereka sedang di Komunitas, komitmen yang individual dibagikan menjadi komunal dan menjangkau siapa saja. Bisa dibayangkan efek positif dan optimis saling berkomitmen, terjadi. Kesalahan diperbaiki dengan semangat saling mendukung. Kelemahan dikuatkan dan didorong menemukan solusi internal agar terbebas dari ketergantungan mengandalkan yang lain. Kemandirian dalam kerjasama solid sungguh mewarnai Komunitas Ini dalam semangat ‘KDAB: Kau Depan – Aku Belakang’. Di sini bisa!.

Di situ?
Saatnya mendengarkan suara hati…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun