Mohon tunggu...
Baikuni Al-shafa
Baikuni Al-shafa Mohon Tunggu... pengangguran -

Rakyat Jelata

Selanjutnya

Tutup

Politik

MAHASISWA..!!

25 Agustus 2015   19:15 Diperbarui: 25 Agustus 2015   21:30 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MAHASISWA: Sebuah identitas kelas sosial pengampuh akademik tinggi, terdidik, sering sebut kaum intelektual sebagai pembawa perubahan kondisi bangsa. Semoga hal itu benar ada nya.

Ini bulan, musim semi penerimaan mahasiswa, bersama tahun ajaran baru, perguruan tinggi melancarkan sekema pendidikan, tawaran mutu menggiurkan, berbagai jaminan, fasilitas penunjang tuk meraup gelombang calon mahasiswa pendaftar.Kemegahan gedung bersama satatus akreditasi A, B, C, menjadi hidangan utama bagi pilihan pendaftar, bak magnet mampu menarik titik sumber kekuatan, oleh public relation setiap institusi perguruan tinggi.

Pamor popularitas, menjadi kompetitor utama perihalz persaingan masuk, demi identitas dan jas almamater kebanggaan, sebagai mahasiswa diperguruan tinggi bergengsi, dari PTN hingga PTS.Cermin ketimpangan kelas sosial, sikaya dan simiskin mudah dijumpa, 

Simiskin tak mampu menjangkau, bea mahal mutu perguruan tinggi berlabel akreditas dan fasilitas, sikaya mudah meniti lika liku permainan makelar, memang tak semua demikian, namun macam jenis tester menuai pilihan masuk calon mahasiswa.

Rahasia umum pemilik logo kesehatan, kedokteran sulit ditembus, simiskin berstrata kelas bawah dinegeri ini. Bukan hanya soal tester, namun kendala bea kuliah mahal sebagai alasan. Sebab rumor lapangan kerja bisa dibuka pemilik gelar. Tak harus lomba penuhi pelamar dimeja tuan.

Belum cukup harga capaian pendidikan tinggi, kebutuhan hidup seperti, kos2an, makanan, serta kebutuhan lain mengiri lonjakan harga tiap tahun bagi mahasiswa.Pendidikan tinggi bagi simiskin hanya harapan semu, jauh didapat. Nasbih baik mahasiswa sebagai pemilik identitas baru jadi kebanggaan. Keagungan strata sosial pencapai pendidikan tinggi, kabar gembira akan menuai bagi penerima jas almamater.

Namun sematan kelulusan siap membanjiri pasar institusi pendidikan, tuai cemas harapan kerja menghinggapi sarjana. Tak heran cetakan sarjana capai 1,5 juta penganggur ditahun 2015. Bukan cuma PTN dan PTS dengan status kualitas unggul, maju nan bergengsi, akreditasi rendah pun siap menyumbang, pengangguran hasil nya.Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penganguran terdidik lulusan universitas dari tahun 2013 sebanyak 434.185 meningkat menjadi 495.143 pada 2014. Tiap tahun menambah angkatan pengangguran, berstatus sarjana.

Belum lulusan Diploma dan SMK/SMA, yang tak bernasib baik sebagai mahasiswa, capai 7,24 juta pengagnguran. Dari total angkatan kerja yang tercatat mencapai 121,9 juta.Kondisi ini menjadi ancaman serius menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), terapan rezim Joko-Jk diahir tahun 2015. Gelombang pekerja lokal dan miggaran sebagai kompetisi pasar, mengiringi pencari kerja.

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Edy Suandi Hamid, komentar hal MEA, sebagai jurang pengangguran, meliberalisasikan lalulintas tenaga kerja. Memang benar ada nya.Kondisi ini memungkinkan lulusan universitas di Tanah Air semakin banyak menganggur, dari ketatnya persaingan angkatan pencari kerja.

Bukan soal perguruan tinggi bersama mutu akreditasi, hingga ragam jenis kualitas. Namun orientasi awal mahasiswa cepat lulus, kerja sebagai upah mahalnya bea pendidikan tinggi. Sulit ditemukan watak pendidikan menyadarkan, bersama orientasi kemanusian peserta didik, hingga pembebasan, pengawalan bersama buruh tani, kaum miskin kota.

Mahasiswa cukup bangga dengan status kata agen perubahan, walau perubahan tak didapat.Seiringan jargon Jokowi bersama kabinet kerja, institusi pendidikan tinggi memberi sokong besar angkatan pencari kerja, kerja kerja dan kerja, menjadi hiasan motif cepat lulus mahasiswa.Libralisasi, komersialisasi pendidikan, tersemai rapi dalam UUPT, kejutan baru hadir bagi mahasiswa, diwajibkan lulus 5 tahun, demi kepuasan pesanan pasar, dengan angka pelamar sarjana maksimal umur 26 tahun, usia cukup produktif paparnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun