Mohon tunggu...
Almunauwar Bin Rusli
Almunauwar Bin Rusli Mohon Tunggu... -

Almunauwar Bin Rusli lahir di Kotamobagu 18 Februari 1994. Saat ini berstatus sebagai Mahasiswa Pascasarjana UII Yogyakarta Bidang Studi Islam Konsentrasi Pendidikan Islam. Almunauwar Bin Rusli tinggal di Perumahan Griya Tugu Mapanget Blok B2 Nomor 18 Manado, Sulawesi Utara. Kontak : 082292011859

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Muslim Separuh Waktu

3 Desember 2015   11:42 Diperbarui: 3 Oktober 2017   11:57 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Maafkan aku. Aku stress waktu itu” Kepala Abdullah menunduk malu.

“Kamu dari Pesantren kan?”

“Iya, benar. Itu dulu.”

“Mengapa jadi seperti ini?” Maria membentak.

Abdullah terus mematung. Tak ada pembelaan apalagi pembenaran. Tapi hanya kalimat pesantren yang dia ucapkan berkali-kali dengan wajah geram. Sepertinya semasa di Pesantren dia mengalami penyeragaman pikiran bahkan dianjurkan untuk mendekati Tuhan lewat ketakutan. Surga-neraka.

Maria masih melanjutkan pembicaraan….

“Sedangkan  aku, hampir setiap hari beribadah di Gereja meski sendirian. Aku khatamkan Al-Kitab ini pelan-pelan. Aku hayati kedalaman iman Kristiani. Lalu, aku amalkan dalam  perbuatan untuk membuktikan bahwa Maria bukanlah sekedar Kristen turunan. Seandainya nanti akan menikah, kita mau ikut agama siapa?”

Denyut nadi Abdullah seakan terhenti. Langit-langit runtuh menimpa pikirannya. Ruang batinnya  kosong, hampa, penuh debu, tak bertuan. Nasibnya hampir saja menyerupai  nyawa siang yang menghembuskan  nafas terakhir. Tapi, untung saja tangan halus Maria segera mengangkat wajah Abdullah yang tertunduk membisu. Kedua  matanya merah, ada cairan bening mengalir disela-sela hidung. Seketika, Abdullah langsung berbalik badan. Cukup lama dia menatap patung Yesus di sebelah kursi yang mereka duduki. Maria juga mengikuti.  Disaat bersamaan, segerombolan anjing dari arah Utara lewat begitu saja sambil menggoyang-goyangkan ekor dihadapan mereka berdua. Abdullah bersyukur, diantara anjing-anjing itu tidak ada yang menatap sinis lantas menggonggongginya. Itu berarti dia bukan  pencuri. Tetapi, bagi Maria dia tetaplah seorang pencuri. Pencuri nama suci. Nama yang tidak diiringi kemuliaan hati.

“Kenapa menangis Abdullah? Jawablah. Pertanyaanku itu sederhana. Sesederhana cara kamu meneguk minuman keras dulu”

“Akhir-akhir ini aku trauma. Aku tidak mau lagi terlalu sering sholat di Masjid”.

“Mengapa? Bukankah sholat berjamaah itu jauh lebih baik?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun