Mohon tunggu...
Almunauwar Bin Rusli
Almunauwar Bin Rusli Mohon Tunggu... -

Almunauwar Bin Rusli lahir di Kotamobagu 18 Februari 1994. Saat ini berstatus sebagai Mahasiswa Pascasarjana UII Yogyakarta Bidang Studi Islam Konsentrasi Pendidikan Islam. Almunauwar Bin Rusli tinggal di Perumahan Griya Tugu Mapanget Blok B2 Nomor 18 Manado, Sulawesi Utara. Kontak : 082292011859

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka di Negeri Serambi Madinah

15 Agustus 2014   23:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:27 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***
Seluruh peserta mulai memasuki ruang ujian, aku pun demikian. Tak lupa, seperti biasanya sebelum ujian aku selalu berdoa kepada Allah agar di mudahkan serta di beri kepahaman untuk mengerjakan segala sesuatu yang aku cita-citakan. Sebab ku yakin, jikalau pertolongan Allah itu terkadang menembus batas logika manusia. Tak terasa 3 jam telah berlalu, Alhamdulillah dari 120 nomor soal, aku telah berhasil mengisi 100 nomor, dan 20 nomornya lagi selesai tepat pada pukul 12.00 Wita. Lega hati ini rasanya, bisa menyelesaikan tes ujian tanpa ada halangan yang cukup berarti. Tiba-tiba rasa rindu yang sempat ku jinakkan kembali berkeliaran di dalam kandang hati, kali ini aku benar-benar tak tahu lagi bagaimana cara untuk menjinakkannya. Padahal, baru 2 hari aku tidak bertemu dengan mereka. Lalu aku putuskan untuk segera pulang sebab prajurit logika ternyata tak mampu merobohkan benteng perasaan yang berdiri kokoh di dalam dada. Sebelum pulang, aku menyempatkan diri terlebih dahulu sholat dzuhur di musholah samping gedung ujian. Selesai sholat, aku segera menaiki bus arah Kotamobagu. Di dalam bus, tidak tahu mengapa rasa rinduku kepada Mama tak dapat lagi ku kendalikan, Yaa Allah ada apa ini? Tak biasanya aku merasakan hal seperti ini! Apakah ini pertanda hidup Mama sudah takkan lama lagi? Sebab rasa rindu ini membuatku tidak ingin jauh-jauh lagi dari Mama. Entahlah. Pukul 22.00 Wita, aku baru sampai di rumah, sebab sepanjang jalan aku di suguhi oleh acara kemacetan bak hajatan akbar di kota Makkah Al Mukarammah, ku lihat Papa sudah tertidur pulas di atas pangkuan Mama yang masih mencabut satu per satu rambutnya yang sudah mulai memutih di depan sebuah cermin. Aku pun tersenyum melihat romantisme mereka berdua.

“Assalammualaikum…
“Waalaikumsalam.. duh anak Mama baru pulang, pasti capek yaa?
“Eh gimana ujiannya sayang? Tanya Mama menghampiriku seraya memindahkan kepala Papa di samping kursi secara perlahan.
“Hu’um, capek banget. Alhamdulillah ujiannya lancar Ma. Semuanya, Noura jawab dengan usaha yang maksimal, dan hasil ujiannya insyaAllah akan di umumkan 2 minggu depan. Mudah-mudahan Papa dan Mama bahagia mendengarnya” jawabku sambil mencium tangannya.
“Iya Mama yakin kamu pasti akan mendapat hasil yang terbaik, yang penting jangan pernah lupa berdoa kepada Allah dan bersyukur terhadap apa saja yang ia berikan, entah itu nikmat maupun musibah. Ok, sekarang kamu mandi, makan, terus langsung istirahat, agar besok bisa beraktifitas seperti biasanya” balas Mama menepuk pundakku yang mulai terasa letih oleh jauhnya perjalanan.
“Iya terima kasih yaa Ma, Noura akan selalu mendengar nasehat-nasehat Mama. Noura sayang Mama” kami pun saling berpelukan.

***

Tibalah saat-saat yang paling menegangkan dalam hidupku, hasil kelulusan ujian tes akan segera di umumkan tepat pukul 10.00 pagi, aku pun menanti pengumumannya di surat kabar harian daerahku. Perlahan tapi pasti ku mulai membuka lembaran demi lembaran surat kabar yang ku pegang. Yupss ini dia kolom pengumumannya, mataku mulai terfokus dan jari telunjukku bergerak ke bawah melewati beberapa nama peserta dari berbagai wilayah. Tiba di urutan ke 114, mataku berkaca-kaca, jariku berhenti dengan sendirinya, melihat apa yang tertera pada surat kabar itu. “Yee yeee yeee Alhamdulillah aku lulusssssss. Terima kasih yaa Allah.” Ucapku bangga dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan kencang, aku berlari menuju kamar Mama untuk menyampaikan kabar gembira ini, tapi ketika hendak membuka pintu kamar, langkahku terhenti sejenak melihat Mama sedang khusyuk dalam sholat dhuhanya, perlahan ku perhatikan ia mulai meneteskan air mata bahagia, rupanya ia sudah mengetahui apa yang aku rasakan. Tanpa pikir panjang, ku hampiri ia dan memeluk erat hangat tubuhnya.

“Ma, Noura lulus Ma. Terima kasih atas jasa, pengorbanan, dan doa Mama selama ini. Mama yang telah mengandung Noura selama 9 bulan, Mama yang sudah memperjuangkan hidup dan mati hingga Noura dapat hadir di dunia ini, bahkan Mama juga yang telah merawat Noura dengan penuh kelembutan dan kasih sayang”. Ucapku menahan isak tangis kebahagiaan. Sebenarnya pada saat itu juga aku ingin menceritakan kepada Mama bahwa aku selamat dari korban pemerkosaan oleh lelaki yang tak bertanggungjawab yang hampir saja merenggut kesucianku di malam itu. Tapi aku takut, lidahku kaku untuk melafadzkannya. Biarlah ini kan menjadi rahasia hatiku, pemuda itu, dan tentunya Allah sebagai penguat jiwaku. Sambil menutup doanya, Mama bertutur kepadaku, “Sayang, Mama sudah tahu apa yang kamu rasakan dan tak ada kebahagiaan yang Mama inginkan selain melihat kamu dan adikmu menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta menjadi seorang insan yang selalu di rindukan orang. Sudah, sekarang hapus air matamu, bersyukurlah kepada Allah yang telah memberikanmu kesempatan untuk menuntut ilmu. Sebab, ilmu adalah harta yang akan terus mengikuti kita kemanapun kita melangkah”. Jawab Mama sembari melepaskan mukena yang warnanya sudah mulai memudar.
“Iya Ma, Noura nggak kan nangis lagi, nanti make up nya luntur. Hehehe.” Jawabku seraya menghapus air mata dengan selembar tissue.

***
Gorontalo, Sabtu 14 Januari 2012


4 tahun kemudian, tepatnya tanggal 14 Januari 2012, aku merayakan ulang tahunku yang ke-23. Umur yang sudah tak bisa lagi di bilang muda, hehehe sok ketuaan aku. Bahagia ku rasakan saat itu, bisa foto narsis sama teman-teman cewek lalu di upload ke layar facebook, suap-suapan cake cokelat favoritku, nyanyi bareng meski suara agak sedikit fals, bahkan Rio teman cowokku tega menyiramku dengan 1 ember air hingga aku basah kuyup kedinginan. Aku pun tak tinggal diam, ku ambil kue cake yang masih tersisa di atas piring lalu ku tampalkan tepat di wajahnya.

“Humpp rasain lo Rio. Itu pembalasan dariku, habis kamu sih pakai acara nyiram segala hahaha.” Ucapku meledeknya
“Huhhh tapi nggak apa-apa lah. Lumayan, pipiku bisa di sentuh ama bidadari cantik kayak kamu Noura.” hihihi
“Apa bidadari cantik? Hahaha gombal banget kamu, Yo! Ckckckck….”
Dari ramainya suasana sore itu, tiba-tiba dari arah kejauhan aku melihat pak pos mengendarai sepeda motor dan berhenti tepat di depan gedung fakultas tempat kami berkumpul.

“Maaf Dek, numpang nanya, kalian kenal nggak sama Putri Noura Mokoginta”?
“Ia Pak, saya orangnya. Memangnya ada apa yaa?” Tanyaku sedikit penasaran
“Oh kamu, ini ada kiriman amplop dari ayahmu di Kotamobagu. Mohon di paraf dulu tanda terimanya.” Jawabnya seraya memberiku pena
“Ok. Terima kasih yaa Pak.”
“Iya sama-sama Dek” balasnya memutar setir motor lalu pergi meninggalkan kami.

Hatiku pun merasa sangat bahagia ketika menerima amplop dari Papa. Aku berpikir “ Duh Papa baik banget deh, pas di hari ulang tahunku masih sempat-sempatnya mengirim uang jajan. Padahal uang jajanku kan masih ada. Hehehe ini baru namanya Papa Noura”. Karena tak sabaran, segera ku buka amplop itu dan ternyata isinya tidak sama sebagaimana yang ku bayangkan sebelumnya. aku terdiam sejenak, dan bertanya di dalam hati “ apa maksud Papa mengirimku surat seperti ini, membaca pun ia jarang apalagi menulis, atau jangan-jangan Papa sudah beralih profesi menjadi seorang penulis kali yaa, hehehe.” Tanpa pikir panjang aku pun cepat-cepat membuka surat itu dan membacanya.
Assalammualaikum wr.wb

Noura sayang, selamat ulang tahun yang ke 23 yah, mudah-mudahan engkau senantiasa menjadi insan yang berguna dan di berkahi Allah. Papa bangga dengan prestasi terbaik kedua Olimpiade Biologi Tingkat Nasional yang telah kau raih di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tapi, Papa mengerti kamu tidak mau agar diberitakan kepada orang lain, karena akan menjadi perbuatan riya'. Oh ya, tolong sampaikan salam dan ucapan terima kasih Papa pada keluarga Ummi Aidah yang selama ini sudah begitu baik bahkan dengan senang hati memanggilmu untuk tinggal bersama mereka. Terus, kapan libur semesternya? Papa merinduimu Nak. Sebenarnya, Papa ingin sekali meneleponmu untuk sekedar mendengar suara manjamu, tapi Papa tidak kuat untuk mengatakan sesuatu hal kepadamu, tapi mau tidak mau sekarang akan Papa katakan, kalau saat ini tidak ada lagi sosok wanita yang sangat kau cintai dan sayangi, wanita yang selalu membelai rambut panjangmu, memeluk tubuhmu, dan wanita yang selalu mendoakanmu. Mama telah pergi untuk selamanya. 3 hari yang lalu dirinya mengalami kecelakaan berat ketika hendak mengantarkan kado ulang tahun untuk hari jadimu Nak, dan nyawanya pun tak dapat di selamatkan. Awalnya Papa sudah sempat melarangnya untuk tidak pergi menemuimu. Sebab, sejak 1 minggu sebelum musibah ini tiba, perasaan Papa sepertinya akan kehilangan sesuatu di keluarga kita. Tapi apa daya, Mamamu tetap bersikukuh untuk pergi. Papa ingat betul kata-kata terakhir sebelum ia pergi meninggalkan rumah “ Pa, ni kado special yang Mama beliin khusus untuk Noura anak kita, buah hati kita, darah daging kita, Mama ingin sekali bertemu dengannya, untuk sekedar memastikan apakah dia baik-baik saja atau tidak ,masih rajin ibadah atau tidak, dan masih cantik seperti Mamanya atau tidak,, hehehe. Tapi Pa, kalau seandainya Mama tak dapat bertemu dengan Noura, tolong jaga, cintai dan sayangi dia, serta berikanlah hak-haknya ketika ia mulai membutuhkannya. Terakhir buat Faiz, didiklah ia Pa, karena Mama sudah tak bisa lagi mendidiknya untuk waktu yang cukup lama. Itu saja pesan Mama.” Begitulah kata-kata terakhirnya pada Papa Nak. Semoga kau tabah membaca tulisan ini. Perlu kau tahu, ini adalah lembaran kertas yang ke seratus empat belas yang berhasil Papa tulis, karena kertas yang pertama hingga keseratus tiga belas semuanya basah oleh air mata Papa yang tumpah mengenang wajah Mama. Wassalammualaikum wr wb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun