Contohnya, istilah "laba" dapat bermakna positif dalam konteks bisnis, tetapi bisa juga dianggap ambigu jika dicapai dengan cara yang tidak etis. Laporan keuangan bisa dimaknai sebagai bukti keberhasilan, tetapi juga bisa dipertanyakan jika tidak transparan. Karena itu, bahasa akuntansi harus dibaca secara hermeneutik dipahami dalam konteks sosial dan nilai-nilai yang melingkupinya.
- Ekspresi (Ausdruck): Manifestasi Ontologis dari Jiwa Sosial
Bagi Dilthey, setiap tindakan manusia adalah ekspresi (Ausdruck) dari kehidupan batinnya. Ekspresi ini bukan sekadar simbol, tetapi juga cara manusia mengungkapkan jati dirinya di dunia sosial.
Dalam akuntansi, setiap keputusan seperti bagaimana suatu transaksi dicatat, bagaimana laporan disusun, atau bagaimana laba diumumkan merupakan bentuk ekspresi sosial. Keputusan-keputusan itu mencerminkan nilai dan orientasi moral organisasi.
Misalnya, ketika perusahaan memutuskan untuk menunda pembagian dividen demi mendukung kesejahteraan karyawan, tindakan itu merupakan ekspresi solidaritas sosial. Dengan demikian, setiap praktik akuntansi adalah wujud nyata dari "jiwa sosial" organisasi.
- Hubungan Ontologis antara Manusia dan Dunia Akuntansi
Dilthey menolak pandangan bahwa manusia dan dunia adalah dua entitas yang terpisah. Sebaliknya, manusia hidup di dalam dunia dan dunia memperoleh maknanya melalui pengalaman manusia. Hubungan ini bersifat ko-eksistensial.
Dalam konteks akuntansi, manusia tidak hanya "menggunakan" sistem akuntansi, tetapi juga membentuk dan dibentuk oleh sistem itu. Akuntansi memengaruhi cara manusia berpikir tentang nilai, keberhasilan, dan tanggung jawab. Sebaliknya, nilai-nilai manusia memengaruhi bagaimana akuntansi dijalankan.
Misalnya, ketika masyarakat menilai bahwa kejujuran adalah nilai utama, maka sistem akuntansi yang dihasilkan pun akan menekankan transparansi dan akuntabilitas. Tetapi jika orientasi utama adalah laba tanpa batas, akuntansi bisa berubah menjadi alat pembenaran manipulasi angka.
Dengan demikian, hubungan manusia dan akuntansi bersifat dialektis keduanya saling membentuk dalam proses kehidupan sosial.
- Hubungan Ontologis antara Manusia dan Dunia Akuntansi
Dilthey menolak pandangan bahwa manusia dan dunia adalah dua entitas yang terpisah. Sebaliknya, manusia hidup di dalam dunia dan dunia memperoleh maknanya melalui pengalaman manusia. Hubungan ini bersifat ko-eksistensial.
Dalam konteks akuntansi, manusia tidak hanya "menggunakan" sistem akuntansi, tetapi juga membentuk dan dibentuk oleh sistem itu. Akuntansi memengaruhi cara manusia berpikir tentang nilai, keberhasilan, dan tanggung jawab. Sebaliknya, nilai-nilai manusia memengaruhi bagaimana akuntansi dijalankan.