Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... Penulis - suka mengekspresikan diri dan asumsi

Santri Tebuireng, Santri Pegiat Literasi | Mahasiswa Baru UIN Walisongo Jurusan Falak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Muak dengan Corona, Bagaimana Menyikapinya ?

3 Juni 2020   20:01 Diperbarui: 4 Juni 2020   09:20 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Coronavirus tidak punya kesalahan dan dosa apapun. Ia bukan makhluk pikiran dan hati yang punya kemungkinan untuk berniat sesuatu, merancang kebaikan atau keburukan, menyatakan dukungan atau perlawanan atas kehidupan umat manusia di bumi ini.

Covid-19 bukan bagian dari jin atau manusia, yang pada ujung zaman kelak harus mempertanggungjawabkan perilakunya di forum Hisab Allah. Corona dipancing, dirangsang, dan direkayasa sendiri oleh budaya manusia, oleh ilmunya yang angkuh, oleh pengetahuannya yang congkak, oleh peradabannya yang penuh kibriya’.

Coronavirus lebih populer dari apapun dan siapapun akhir-akhir ini di seluruh dunia. Sebabnya adalah karena membuat semua umat manusia menderita.

Andaikan Coronavirus itu membahagiakan dan menggembirakan, ia tak sepopuler sekarang. Andaikan Coronavirus adalah nutrisi unggul, gizi tertinggi, zat utama kesehatan, atau ia rahmat, berkah, dan hikmah langsung bagi kehidupan manusia, ia tidak seterkenal sekarang.

Coronavirus sedang merasuki siapa, sedang diangkut oleh siapa, di mana, kapan, tak ada manusia yang tahu. Menteri Kesehatan Negara pelopor kemajuan modern bisa ternyata dihinggapi. Wakil Perdana Menteri Negara Islam pun tidak lantas merdeka dari hukum “min haitsu la yahtasib”.

Peradaban umat manusia abad ke-21 tidak sempat menerapkan peribahasa klasik “sedia payung sebelum hujan”. Andaikan ada alat genggam yang bisa akurat mendeteksi di sekitar kita ada virus Corona atau tidak, maka kita tinggal bawa ke mana-mana.

Dengan argumentasi bahwa seluruh perilaku dan peradaban umat manusia dewasa ini memang tidak lain, tidak bukan sedang melangkah cepat menuju jurang kehancurannya sendiri. “Mbok sudah, dipercepat saja”, “Hitung-hitung untuk mengurangi waktu dimana manusia berbuat perusakan, penzaliman, dan penghancuran”.

Lakon ini masih dalam proses latihan, tapi Tuhan seakan sudah merespon dan sedikit mengabulkan, dengan dilimpahkannya Coronavirus yang akhir-akhir ini berlangsung seperti Kiamat Kecil bagi manusia sedunia. Hanya saja mungkin Tuhan punya sifat welas asihNya, sehingga itu hanya formula agar manusia tidak lebih parah dan lebih berkepanjangan kezalimannya, kebodohan, dan policy penghancurannya atas kehidupan.

Muhasabah Corona

“Singkat kata, segala yang akan menimpa kalian pada hakikatnya berasal dari diri kalian sendiri”, tulis Cak Nun dalam bukunya 309 Tahun Lockdown.

Iman bersaudara dengan ilmu. Keyakinan berdampingan dengan pemahaman. Istiqomah lillah berjodoh dengan taklim, takrif, dan ta’dib. Tentu saja, itulah sebabnya manusia dianugerahi akal untuk mesin berpikir sehingga ia menjadi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun