Mohon tunggu...
Ali Wasi
Ali Wasi Mohon Tunggu... Lainnya - Aparatur Sipil Negara

Seorang ASN dari Tahun 2015 s.d. sekarang, yang semula gemar menulis cerita fiksi menjadi rutin menulis analisis informasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Menggenggam Dunia (10) Pengalaman Berharga

6 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:04 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang pukul tujuh siang, dan Rahmat pulang tengah siang. Untuk menghilangkan rasa kantuk, lebih baik aku olahraga dengan berjalan mengelilingi desa ini.

Akupun bersiap keluar mengelilingi indahnya pemandangan desa. Tujuan utamaku adalah lapangan bola.

Ketika di perjalanan, seperti biasa beberapa orang yang kukenal menyapa diriku. Aku melewati rindangnya sawah yang terhampar luas di desa ini. Setiba di lapangan bola, tak seorangpun yang kulihat disana.

Lapangan dengan tanah becek berlumpur dan hanya ditumbuhi sedikit rumput terhampar di sekitar rumah penduduk desa. Dua gawang yang terbuat dari bambu, menancap di seamping kanan dan kiri tempat aku berdiri. Aku berjalan mendekati tengah lapangan, dengan perlahan kututupi kedua mata ini, sembari merasakan hawa pagi yang sejuk di desa yang asri ini.

Dengan mata terpejam, kulamuni masa laluku. Masa disaat aku mencari jati diri. Suatu masa disaat aku banyak melakukan sesuatu yang baru, sesuatu yang unik, sesuatu yang membanggakan, dan sesuatu yang menyakitkan. Ya, tiada lain adalah masa remajaku.

Aku teringat disaat bermain sepak bola bersama teman sebayaku, ketika itu akulah yang menjadi bintang lapangan bagaikan striker yang ditakuti oleh para lawan. Beberapa cetakan gol telah aku masukan ke gawang lawan, penuh kegembiraan dan penuh keharmonisan.


Disisi lain, aku mengenang saat-saat bersejarah dalam hidup di usia remaja. Saat yang merupakan kebanggaan tersendiri dan menjadi sebuah bekal dasar untuk pekerjaanku sekarang. Ya, aku pernah memenangi olimpiade Biologi tingkat Nasional peringkat kedua.

Dengan kemampuan yang ada, walau saat bersejarah itu kondisiku sedang memburuk. Tetapi berkat karunia-Nya, aku dapat menyelesaikan tantangan olimpiade pada posisi runner up.

Apabila kondisiku sehat, akan memungkinkan untuk mendapat gelar juara olimpade Biologi SMA tingkat Nasional. Tak apa, walau demikian  aku sangat mensyukuri hal itu. Para guru dan teman pun bangga denganku. Bukan hanya bangga dari hasil runner up, tetapi karena kegigihanku belajar suntuk dari pagi berangkat sekolah, waktu istirahat kugunakan untuk belajar, dan pulang pun kugunakan untuk kegiatan les.

Teman-temanku banyak yang mengatakan bahwa aku terlalu memaksakan diri. Mungkin mereka benar, tiga pekan aku menjalani kegiatan rutin untuk menjelang olimpiade Biologi, kondisiku memburuk. Guru pembimbingku, memberi pernyataan tegas sekaligus pertanyaan antara ya atau tidak untuk kesanggupanku mengikuti olimpiade Biologi.

Saat mendapatkan pertanyaan tegas dari guru, aku sangat ragu dan bimbang karena dengan hasil yang jelek pada olimpiade itu, akan membawa dampak buruk bagi nama baik sekolah. Tetapi pertanyaan diajukan pada waktu itu dan harus dijawab pada waktu itu pula, dengan hati yang berat kupaksakan untuk menjawab, Ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun