Mohon tunggu...
alisaid
alisaid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar nulis

Belajar mikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Operational Agility: Mengenal Diri melalui Krisis

18 Maret 2022   19:07 Diperbarui: 18 Maret 2022   19:21 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Saat menulis sepucuk pikiran ini, saya berada dalam perjalanan dari Marinsow, Minahasa Utara menuju Kota Manado. Satu jam perjalanan di mobil yang saya tumpangi terbesik dalam pikiran saya tentang Agility, buku karangan Prof. Rhenal Kasali. Yang mengarahkan saya pada perenungan seorang Supir dan Penumpang. Tentu mengenai krisis dengan ketidakpastian berakhirnya selalu menimbutkan dilema tersendiri, tapi disisi lain hal tersebut merupakan tantangan bagi tiap organisasi dalam berinovasi. Sudah terlalu banyak saya melihat tiap organisasi selalu bicara mengenai inovasi, kreatifitas dan produktifitas. Namun krisis itu datang dan seluruhnya diam terombang ambing.

            Selain pandemik yang merubah seluruh pola kehidupan, ia juga merubah seluruh pola pemikiran. Namun apakah Perubahan tersebut bisa dilihat oleh tiap organisasi atau tidak? Kemudian langkah apa yang bisa di ambil sebagai alternatif pikiran?  Rasanya organisasi mahasiswa masih sibuk berkonflik secara internal, dan tertidur dengan kata-kata bijak para filsuf.  Keresahan lain juga bermunculan, melihat organisasi yang makin apatis dalam perkembangan IPTEK, kita lebih sibuk mengeluh dengan keadaan yang dimaknai sebagai bahasa ketidakmampuan. Anda bisa menambah daftar seberapa banyak lagi masalah yang anda lihat.

            Seperti yang digambarkan dalam ungkapan Charles Maurice tentang kelincahan seekor singa yang merubah seribu domba menjadi 'singa' atau team yang tangkas. Ini membutuhkan sikap dan mental yang kuat dalam menggerakan seluruhnya sehingga menghasilkan keunggulan-keunggulan baru. Dan kata Kasali, kita perlu mengubah dengan kepemimpinan setangkas singa, sekalipun yang dipimpin semata-mata orang baik yang lelet, lamban, dan masih bermental penumpang.

            Mentalitas penumpang (Pessengger's Mentality) melahirkan kelompok manusia pekerja yang sulit dibentuk menjadi pemimpin karena mereka terbelenggu dengan The Comfort zone. Mereka menjadi kurang tangkas dalam mengambil kesempatan-kesempatan baru ataupun terlibat dalam perubahan. Sekalipun mentalitas penumpang ini dibutuhkan dalam beberapa kelompok sebagai pekerja fisik tentu akan berimplikasi pada realisasi kerja yang semerawut dan tak terarah. Sebaliknya, Mentalitas pengemudi ( Driver's Mentality) adalah modal awal bagi suatu kelompok karena selalu menangkap peluang-peluang baru dengan pengambilan langkah yang cepat dan tepat.

Passenger's Mentality

(Mentalitas Penumpang)

Driver's Mentality

(Mentalitas Pengemudi)

  • Boleh Mengantuk ataur Tidur
  • Tak merasa perlu tahu arah jalan, tidak mengerti dimana berada.
  • Tidak merasa perlu merawat "Kendaraan"
  • Tidak menuntut diri untuk mengambil inisiatif ketika "Jalan Macet" atau "Tersumbat"
  • Menghindari risiko, lebih baik menjadi pengekor yang aman.
  • Menjadi "Beban" Bagi orang lain.
  • Tidak boleh ngantuk, apalagi tidur
  • Harus tahu arah jalan, tujuan dan alternati-alternatif jalan yang tersedia
  • Berani mencoba, mencari insight, menemukan jalan-jalan baru
  • Terpanggil merawat kendaraan "Organisasi"
  • Berinisiatif, berani melangkah, dan mengambil tindakan
  • Mengambil risiko-risiko terukur, seperti, berani "Kesasar" Untuk menemukan jalan baru.
  • Menjadi solusi bagi orang lain.

(Baca: Rhenal Kasali, Agility; Bukan singa yang Mengembik).

Mental seperti ini seharusnya dibangun sejak seluruh anggotanya berada pada gerbang awal untuk berkecimpung dalam ruang organisasi atau ruang penanaman nilai dan doktrin organisasi. Sehingga untuk membentuk gerakan yang tangkas akan dicapai kelak.

 You Have To Ran Fast

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun