Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obrolan tentang Anak di Saung Sawah

16 Maret 2021   19:48 Diperbarui: 16 Maret 2021   19:52 1529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: 9gag.com

Jojoh sedang babantu ngarambet di sawah bibinya. Daripada bengong di rumah, lumayan dapat upah yang tak seberapa itu. Setidaknya, ia bisa punya duit untuk beli bedak sendiri, tak selalu minta dari orang tuanya yang juga jarang megang duit.

Jana sendiri istirahat narik. Motor dua tak miliknya terparkir di bawah rumpun bambu makam keramat Ki Layang Karsa, yang berbatasan dengan pesawahan itu. Disenderkan begitu saja, tanpa kunci, tanpa pengaman. 

Tenang saja, motor itu sudah tak lagi berplat nomor dan nyaris tinggal rangka dan tangki bensinnya saja yang masih asli. Tak ada maling yang sudi mencurinya. 

Berat di ongkos dan tenaga, karena belum tentu motor itu bisa dihidupkan. Kalau mau ya silakan diangkut lewat jalanan tanah yang licin sebelum sampai ke jalan batu --jalan yang belum diaspal.

Melihat kekasihnya datang, Jojoh menyingkir dari saung yang ramai oleh pekerja yang sedang makan itu. Jana menunggunya di saung sawah yang lebih kecil. 

Jojoh membawakannya nasi timbel berbungkus daun pisang, sepotong ikan asin, segenggam lalapan, dan secuil sambel. Secuil saja, karena Jojoh tahu Jana tak suka sambel, apalagi yang pedes. Tak lupa makanannya sendiri juga dibawa.

"Rame Kang?" tanya Jojoh sambil menyodorkan makanan.

"Cuma narik tiga..." jawab Jana mengusapkan tangannya ke celana, lalu mulai mencomot nasi beserta lauknya.

"Lumayan atuh, daripada nggak narik sama sekali!" imbuh Jojoh.

"Capek Neng, Akang cuma kebagian narik yang jauh-jauh, yang rumahnya di gunung, jalannya jelek..." kata Jana sambil mengunyah makanannya.

"Bagus atuh kalau narik yang jauh, ongkosnya berarti gede..." Jojoh tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun