Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obrolan tentang Anak di Saung Sawah

16 Maret 2021   19:48 Diperbarui: 16 Maret 2021   19:52 1529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: 9gag.com

Jojoh mendelik, "Nggak mau ah, justru sawah yang begitu yang harus dijual, bukannya yang di Pasir Bentang. Di sana mah bagus, airnya lancar, setahun bisa tiga kali tanam!"

"Neng," kata Jana lagi, "Nanti kan kita bakal nempatin rumah bekas Mamang saya di Cinangka. Nah rumahnya kan jauh. Memangnya kamu mau pake motor butut terus kemana-mana? Nanti kalau kamu hamil, mau lahiran, motornya malah mogok gimana? Belum lagi nanti kalau anak kita sakit, puskesmas jauh, mantri jauh, rumahsakit apalagi. Belum lagi kalau anak kita mulai sekolah, kasian kan kalau dianterin pake motor butut!"

"Kalau gitu, jual aja rumahnya, cari yang pinggir jalan gede!" kata Jojoh.

"Itu bukan rumah Akang Neng, cuma pinjam pake, karena Mamang sama Bibi kan sudah nggak ada, jatuh ke tangah adik sepupu Akang, Si Juned. Si Juned sudah punya rumah, dia berbaik hati mau meminjamkan rumah itu, daripada kosong dan gak terawat!"

"Kalau begitu, Neng nggak mau punya anak dulu sebelum kita punya rumah sendiri di pinggir jalan!" kata Jojoh.

"Yeeh, anak mah urusan Gusti Allah. Banyak yang baru nikah langsung hamil, punya anak. Banyak yang bertahun-tahun nggak dikasih anak juga. Nggak usah diatur-atur itu mah, apalagi pake rencana menunda-nunda segala, pamali!" kata Jana. "Kalau sudah punya anak satu, baru diatur, jaga jarak sama yang kedua. Itu juga urusan Gusti Allah. Kadang-kadang ikut kabe juga anaknya tetep aja banyak, bocor lah, lupa lah, macem-macem!"

Jojoh manyun.

"Kalau Akang motornya baru, bisa nganter kamu kemana-mana, termasuk ke sawah. Kalau punya anak, kamu kerja di sawah, Akang antar jemput anak sambil narik. Kalau tarikannya banyak, bisa beli rumah, terus pindah ke rumah yang di pinggir jalan. Kan gitu..." kata Jana lagi.

"Iya tapi jangan yang di Pasir Bentang yang dijual..." kata Jojoh. "Saya nggak mau garap sawah cuma pas musim hujan saja. Maunya sepanjang tahun!"

"Ya sudah, kalau gitu jangan dijual, gadai pakai aja. Gadaikan sawahnya, duitnya pake beli motor, kamu masih bisa garap sawahnya!" kata Jana lagi.

"Terus kita bayar cicilan?" Jojoh mendelik, "Nggak mau. Aku nggak mau punya utang. Garap sawah aja itu banyak keluar duit, beli bibit, beli pupuk, bayar buruh dari macul, nanam, bebersih, sampe panennya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun