Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Stalin: (80) Tentang Rasa

15 Februari 2021   23:15 Diperbarui: 16 Februari 2021   20:01 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (79) Kepincut Jerman, Lupa Rusia

*****

Kembali ke kontrakan si Lado, Soso langsung teringat pada surat dari Tatiana. Ia segera mengambilnya, membukanya, dan segera membacanya. Surat berbahasa Rusia itu juga ditulis dalam huruf Rusia yang baik dan cukup rapi.

"Koba, maafkan atas ketidakhadiranku seperti yang kusampaikan padamu sebelumnya. Bukannya tak ingin, tapi ternyata aku harus bersiap berangkat ke Baku, menyusul bapakku yang sudah lebih dulu di sana. Aku tidak tahu, apakah hanya menemani untuk sementara waktu, atau pindah ke sana untuk seterusnya.

Aku tidak tahu, apakah kita akan punya kesempatan untuk bertemu lagi suatu saat nanti. Meski itu menjadi harapanku yang sesungguh-sungguhnya. Jikapun kita tak bersua kembali, kuharap kita masih bisa saling berhubungan melalui apapun, sepucuk surat pun sudah lebih dari cukup. 

Jika sudah ada kepastian apakah aku tetap di Rustavi atau pindah ke Baku, aku akan mengirimimu surat lagi. Akan kuberikan alamatnya padamu. Nanti kukirimkan suratnya ke alamatmu ini.

Kalau nanti kau berangkat ke Novgorod lalu kemudian menetap di St. Petersburg seperti impianmu, atau di manapun nanti kamu berada, aku berharap kamu sudi memberi kabar soal alamatmu, sehingga nantinya aku bisa mengirimimu surat-surat yang lainnya.

Entah kenapa, aku berfirasat, bahwa suatu saat kamu akan berada di St. Petersburg seperti yang kamu cita, lalu kita bisa bertemu kembali. Rustavi dan mungkin nanti Baku, hanyalah persinggahan saja bagiku. Suatu saat aku pasti kembali ke St. Petersburg, dan kita bisa berjumpa lagi di sana.

Koba yang baik, hati kecilku menginginkan engkau menjadi seseorang yang istimewa dalam hidupku. Tapi jika itu tidak memungkinkan, kuharap kita tetap bisa saling berhubungan, sebagai apapun, sebagai sahabat, atau mungkin kuanggap engkau sebagai saudaraku.

Selamat berjuang, selamat mengejar cita-citamu. Semoga kita bisa berjumpa kembali.

-Tatiana Robishkaya-

Soso menatap surat itu dengan dingin. Melipatnya lagi, dan memasukkannya kembali ke dalam saku cokha-nya. Perasaannya bercampur baur. Antara lega, ia bisa 'lepas' dari gadis itu, juga kasihan. Tatiana kesepian, tak punya teman di usianya seperti itu.

Soso mulai berpikir untuk menulis surat balasan padanya, dan menceritakan dirinya sejujurnya. Dengan begitu, tinggal pilihan Tatiana, apakah masih ingin berhubungan lewat surat dengannya atau tidak. Kalau tidak, ya sudah. Kalau masih, ia kan masih bisa mengiriminya surat ke Tiflis, bukan ke Novgorod apalagi St. Petersburg yang cuma bualan semata.

Tapi niat itu diurungkannya. "Nggak usah lah. Aku nggak mau berpanjang-panjang urusan dengannya. Anggap saja selesai. Kalau dia ngirim surat lagi nanti ya mungkin akan kubalas, kalau tidak ya sudah.." pikirnya.

Lagipula, malam itu dengan cepat ia bisa melupakan Tatiana. Besok, ia ada janji dengan gadis Jerman pelayan di kedai seberang kontrakan si Lado itu, Sabine.

*****

Entah karena merasa bebas tak perlu bangun pagi seperti di asrama, lagi-lagi Soso bangun agak siang. Saat bangun, si Lado sudah pulang, dan masih ngorok. Soso tak tahu kapan anak itu balik, apakah semalam saat ia sudah tidur, atau baru tadi pagi.

Ia tak mengusiknya. Teringat janjinya dengan Sabine, Soso segera beranjak untuk mandi. Ia tak tahu kapan Sabine akan menemuinya, tapi setidaknya ia berpikir, bagus juga kalau saat gadis Jerman itu datang, ia sudah bersiap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun