Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (20) Si Tua Ninika

16 Desember 2020   08:08 Diperbarui: 17 Desember 2020   06:07 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ada lah Mak… nanti kuceritakan,” jawab Soso. “Lapar ini Mak, punya makanan apa?”

Mak Keke tertawa, “Iya, maaf, terlalu kangen Mak. Sana istirahat dulu, nanti kucarikan makanan…” katanya. Ia terburu-buru keluar rumah.

Soso masuk ke dalam rumah, dan mendapatkan rumah itu tak banyak berubah. Tumpukan pakaian orang lain yang harus dicuci dan selesai dicuci mengisi pojokan. Persis seperti dulu. Rupanya Mak Keke masih meneruskan usaha laundry-nya. Pojok selatan yang dijadikan dapur tanpa sekat juga terlihat sepi, hanya peralatan makan sederhana yang berserak tanpa isi. Tapi pojokan tempat tidurnya dimana tergeletak sehelai kasur jerami yang pembungkusnya sudah tambal-sulam terlihat rapi. Mungkin Mak Keke yang memakainya selama ia nggak ada. Soso menyimpan tas kecil bawaannya, melepaskan arkhalukhi barunya yang masih bau toko, lalu membaringkan badannya. Bangku kayu di kereta membuat tubuhnya pegal, andai saja tak punya kawan perjalanan yang asyik dan cantik, mungkin penatnya lebih terasa.

Ingatannya melayang kemana-mana, bepergian melintasi masa layaknya memakai mesin waktu, berpindah-pindah antara Tiflis dan Gori seolah tak berjarak, orang-orang dari masa lalu dan orang-orang yang baru hadir dalam hidupnya melintas dan menyapanya. Dan yang terakhir menyapanya adalah Natasha, perempuan cantik kawan perjalanannya tadi. Tapi segera saja ia bertarung melawan Irena, lalu Bonia.

Mak Keke pulang tergopoh-gopoh sambil memegangi seekor ayam. “So, potongkan ayam nih… Mak mau siapkan bumbunya…”

Soso bangkit dan mendekati emaknya. “Ayam siapa ni Mak? Sejak kapan Mak sempat miara ayam, wong miara anaknya sendiri aja nggak keurus!” kata Soso sambil menimang ayam gemuk itu.


“Ayam lewat kutangkap!” Mak Keke sewot. “Nggak usah banyak nanya, sono potong dan bersihkan. Mak juga udah lama nggak makan enak, apalagi sejak kamu nggak ada, nggak ada yang bawain ikan lagi!”

Soso tertawa, Mak Keke nggak berubah, masih ceplas-ceplos, kadang kocak, tapi kalau lagi galak, nggak usah dilawan, mending ngalah.

Dan malam itu, anak-beranak itu makan malam dengan nikmat, seekor ayam gemuk habis disantap berdua, entah sama-sama lapar, sama-sama doyan, atau sama-sama rakus. Cerita Soso mengalir deras. Mak Keke mendengarkannya dengan bangga, apalagi ditutup dengan cerita nilai-nilai mata pelajarannya. Tentu saja, cerita kelam di pabrik, kisah Tembok Derita dan lain-lain, tak masuk dalam alur cerita. Soso telah menyuntingnya dengan rapi, kisah-kisah manis yang ia bagi, sementara kisah pahit ia kunci dalam peti hatinya. Kisah itu tak layak didengarkan emaknya.

*****

Soso terbangun pagi. Mungkin karena sudah kebiasaan saat di asrama, padahal nggak ada lonceng yang membangunkannya. Niatnya menemui Bonia untuk menunjukkan baju barunya ditunda. Masih terlalu pagi, anak itu juga belum tentu sudah bangun. Ia tahu, cewek itu kebluk juga, males bangun pagi. Mungkin karena tak pernah disuruh ibunya untuk bangun pagi dan bantu-bantu nyiapin sarapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun