Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (7) Buruh Pabrik Sepatu

3 Desember 2020   09:09 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:40 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (6) Ditinggal di Tiflis!

*****

“Bangun!”

Soso membuka matanya dengan sedikit kaget. Ia menemukan dirinya tidak berada di rumah, tapi di bawah pohon juniper, di pinggir Sungai Kura. Ia tertidur setelah ditinggalkan Mak Keke dan disuruh menunggu Pak Sese, orang yang membangunkannya saat itu.

“Ikut aku!” kata lelaki itu.

Soso bangkit, meraih tas yang berisi barang-barangnya, lalu mengikuti langkah lelaki itu. Hari sudah sore. Perutnya pun sudah berasa keroncongan karena tadi hanya diisi sarapan seadanya. Tapi ia nggak berani untuk minta makan, atau membeli makanan dulu meskipun ia punya uang. Tak ada pembicaraan apa-apa dengan lelaki itu sampai akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah, di pemukiman yang cukup padat.

Pak Sese membuka pintu dan menyuruh Soso masuk.

“Tunggu di situ!” ia menunjuk satu-satunya kursi yang ada di ruangan itu. Pak Sese sendiri masuk ke dalam sebuah kamar melewati pintu yang hanya dihalangi selembar kain. Soso menaruh tasnya, duduk, dan matanya beredar menyusuri ruangan itu. Rumah itu berdinding bata, tidak berplester di luar dan di dalam. Meski begitu, perabotan rumah tampak tertata rapi. Tak lama kemudian, Pak Sese sudah keluar dari kamar itu dan sudah berganti pakaian. “Bawa barangmu ke sini!” Pak Sese melambaikan tangan pada Soso lalu berjalan ke bagian belakang rumah. Soso segera mengikutinya.

Setelah melewati tiga ruangan, termasuk dapur, mereka sampai di pintu belakang. Pak Sese membukanya, lalu keluar, dan ada sebuah pintu lagi. Pak Sese membuka pintu ruangan yang terpisah dari bangunan utama itu. Isinya beragam barang yang tampaknya lama tak dipakai, mungkin dipakai gudang.

“Bersihkan sendiri ruangan ini, kau tidur di sini nanti…” kata Pak Sese pada Soso. “Aku pergi dulu, ada keperluan. Tunggu sampai aku pulang, jangan kemana-mana. Kalau mau minum, ambil di dalam. Nanti kita makan malam bareng…” katanya. Soso hanya mengangguk, dan Pak Sese meninggalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun