Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Serial Noval] Putri Duyung Itu Bernama Violet

18 November 2019   13:18 Diperbarui: 18 November 2019   13:27 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lagian masih pagi gini kamu udah nongol dimari. Gak bisa siangan dikit kenapa?" rajukku karena merasa waktu tidurku terganggu. Tapi kulihat Akbar malah protes.

"Om, Pantai Sedari itu jauh lho. Makanya kita kudu berangkat pagi-pagi. Lagian, berenang di pantai siang-siang itu bikin kulit item, kata Nenek. Gak baik juga buat kesehatan."

Lha, nih bocah benar-benar ajaib. Dan daripada aku kudu mendengar ceramahnya, mending bergegas saja deh ambil perlengkapan dan segera cabut dari rumah.

***

Sesampainya kami di Pantai Sedari...

Hm, perasaan ini hari Sabtu deh. Dan seingatku, bila hari biasa--kecuali Minggu tentu saja, Pantai Sedari tak  terlalu tampak ramai. Tapi kuperhatikan hari ini lain dari biasanya. Banyak sekali orang-orang yang memakai kaos seragam seperti laiknya sebuah komunitas. Pun ada suara keras yang berasal dari toa yang berada di bibir pantai.

"Baiklah, Saudara-saudara. Maafkan kami sebelumnya bila telah mengganggu acara liburan Anda. Kami dari Bahari, komunitas pencinta laut, saat ini akan melakukan atraksi menyelam bawah laut sebagai bentuk protes kami terhadap pencemaran minyak Pertamina yang baru-baru ini terjadi di perairan laut Karawang. Ya, walaupun pencemaran tersebut belum sampai ke Pantai Sedari, tapi setidaknya kami sangat mengharapkan penanganan yang serius dari pemerintah, khususnya Pertamina. Agar di lain waktu tak ada lagi musibah seperti ini. Kami dari Bahari sanggat peduli dan konsen terhadap laut beserta habiatnya. Dan inilah salah satu bentuk kepedulian kami terhadap laut di Karawang."

Akbar sudah cemberut saja saat mendengar informasi dari toa tersebut. Pupus sudah harapannya untuk berenang di pantai pagi-pagi. "Tau gini, kita cari pantai lain aja ya, Om."

Segera kutepuk-tepuk bahu anak laki-laki di sebelahku yang sudah kuanggap sebagai keponakanku sendiri, sekadar untuk menghiburnya. Kasihan juga nih bocah. Padahal sejak kemarin, dia itu sudah tampak antusias akan pergi ke Pantai Sedari. Apalagi bersamaku. Tapi ternyata kini...

"Akbar jadi gak bisa berenang kan, Om? Mo pindah ke pantai lain, keburu siang sampe sononya." Akbar masih juga tetap cemberut. Mungkin hatinya masih mangkel karena niatnya yang menggebu-gebu sejak kemarin terpaksa batal dieksekusi.

"Udah ah. Yuk, kita ke sana aja. Liat orang yang mo menyelam," ajakku pada Akbar. Tapi dia tetap menggeleng. Hingga akhirnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun