"Om Noval, Akbar udah siap nih. Kita jadi kan ke Pantai Sedari?"
Hari baru menunjukkan pukul enam pagi dan pintu depan pun baru saja dibuka oleh Bi Isah. Tapi ternyata Akbar sudah nongol di teras depan lengkap dengan ransel yang katanya kemarin akan berisi pakaian renang lengkap. Ya, salam.
"Om Noval belum bangun juga ya, Nek?"
Kudengar suara Akbar bertanya kepada Bi Isah.
"Kurang tahu, Nenek. Coba aja sana ke kamarnya. Kalo belum bangun, siram aja pake air."
Hah? Apa-apaan ini? Belum apa-apa, kenapa aku malah kena bully Bi Isah? Segera saja kuseret langkah menuju teras depan. Dan sampai di teras...
"Hayoo... baru bangun ya? Bau ih. Mandi dulu gih sono," sindir Akbar sambil menutup mulutnya. Tuh anak kejahilannya memang juara deh.
"Ih, siapa bilang? Udah dari tadi kok."
"Udah sholat Subuh belum? Kok tadi Akbar gak liat Om Noval di mesjid ya?"
Tiba-tiba saja Bi Isah menyeletuk, "Om Noval lagi M, Akbar. Makanya gak sholat ke mesjid tadi."
"Hah? Om Noval lagi M? Akbar kirain teh yang M itu cuma cewek, Nek," Akbar berkata dengan polosnya.
Ya, salam. Habislah sudah aku pagi-pagi ini kena bully-an kuadrat dari Bi Isah dan juga Akbar.