Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Serial Noval] Sassy Violet

15 November 2019   08:49 Diperbarui: 15 November 2019   08:51 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: farmbos.com

***

"Assalamualaikum...."

Ini adalah hari ketiga sejak Sassy berada di rumah Aki. Dan aku sudah bisa menebak siapa yang bertamu sore-sore begini.

"Wa'alaikum salam. Ya, tunggu sebentar," jawabku. Segera kulepaskan sarung dan peci yang tadi kupakai untuk sholat ashar. Kemudian bergegas ke pintu depan. Kebetulan, Bi Isah dan Mah Subur lagi pergi ke kondangan di desa lain. Jadi sore ini hanya aku saja yang ada di dalam rumah.

Saat pintu depan kubuka...

Alamak! Siapakah bidadari surga yang berdiri di depan pintu ini? Wajahnya cantik alami, tanpa polesan make-up. Matanya yang agak sipit dengan hidung mungil plus wajah ovalnya, ya Tuhan, betapa sempurnanya makhluk ciptaanMu ini. Apalagi ditambah dengan jilbab yang menutupi kepala dan dadanya, rasa-rasanya aku ingin segera mempersunting bidadari ini.

"Permisi. Ini benar dengan A Noval?"

Oh, Tuhan, bidadari itu menyapaku. Segera saja kucubit lengan kiriku. Aow. Aku sedikit meringis. Berarti ini bukan mimpi kan?

"Hallo...," Tangan si bidadari yang bersih dan berwarna kuning kecokelatan melambai-lambai di depan wajahku, membuatku tersadar.

"Eh, iya. Mo cari siapa , Teh? Kebetulan Bi Isah dan Mang Subur lagi kondangan di desa sebelah. Kalo gak keberatan, Teteh bisa menunggu di sini."

Kening bidadari di depanku sedikit berkerut. "Maaf, A. Saya bukan mencari Mang Subur maupun Bi Isah, tapi saya mencari A Noval. Aa ini A Noval bukan?" Telunjuk kanan si bidadari mengarah ke aku. Dan aku bisa apa? Duh, baru kali ini aku mengalaminya lagi pasca kepergian Lidya lima tahun silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun