Sebagai apa aku harus menyebutmu,
Kelu lidahku, jika hendak mengatakan selainmu.
Kau adalah kata tanpa huruf,
Mesti Kurapal, mendayu.
Dengan cara apa aku memanggilmu,
Sementara udara dari paru-paru,
begitu lamban melalui pita suaraku,
sebab tersumbat oleh alfabet namamu,
sepanjang rongga terukir penuh.
Lalu dengan apa aku menamaimu,
Sedangkan tangan senantiasa kaku;
... Ketika hendak menulis riwayatmu,
Sepenuh pikiran adalah gugusan indah namamu,
Seutuh hati adalah kelindan maksimum wajahmu.
Penajam Paser Utara, 2025
Ali Musri Syam Puang Antong.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI