Hembus angin masuk tanpa mengetuk, Lembut, bagai jemari tanganmu waktu itu
Wajahmu tak nampak lagi, Entah kemana kepergianmu, Aku tak tahu dan aku tak ingat wajahmu
Kuhias rindu di wajahmu dalam tatapan yang tak terkataDekap mesra mata yang berbicara menyimpan cerita yang tak terlupa
Ingin rasanya aku memilikimu wajahmu begitu rupawanSenyummu begitu indah bagaikan bunga mawar
Kepada senja, kehadiranmu selalu menghadirkan kegundahan, seandainya aku boleh bertanya, apakah arti rasa ku hingga kini aku melangkah tak tentu arah
Aku hanya khawatir kamu terluka, nyatanya kita semua yang takut terluka
Wajahmu yang begitu elok rupawan, Hingga penaku lumpuh seketika, Tuk menulis tentang wajahmu, Karena wajahmu tersembunyi di balik salju
Karena wajahku sudah ku simpan rapat, bersama kain kafan
Bolehkah aku terus berdekatan denganmu? Agar kamu tidak menyendiri lagi. Bolehkah aku terus bertanya kepadamu?
Mari kita berjalan bersama keyakinan yang sama, bahhwa aku dan engkau adalah cinta sejati yang tak terpisahkan
Mata itu menawanku, jauu membawaku ke masa di mana dulu seorang wanita yang berbeda meletakan cinta melalui pandangannya
Mengheningkan puisi berisi doa dan harapan berisi kompilasi diksi-diksi menawan untuk Sapardi Djoko Damono
Hari esok adalah hari yang tidak perlu kau pertanyakan, sebab disana kuyakinkan kita akan bersama dengan utuh.
Kecantikan wajah kekasih, membuat purnama seolah malu dan tak dapat memancarkan sinarnya dengan leluasa
Kepergian mu .... ku hanya mampu menangis terbayang wajahmu saat rekaman dalam memori ku terputar ...
Mencintai dengan sederhana ternyata lebih bahagia
Entah kenapa rasa ku tertuju padamu Bagaikan bunga mekar di pagi hari Yang selalu melambai-lambai seakan memanggil nama mu