Mohon tunggu...
Aliftya Feby Astika
Aliftya Feby Astika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Akuntansi Universitas Pamulang

Undergraduate student majoring in accounting who able to effectively self-manage during independent projects, as well as collaborate as part of a productive team. I am highly passionate and interested in numbers, so tax, finance and accounting are my areas of expertise. Also known as an active and hardworking student who likes to collaborate in a diverse environment and desire to learn new things and fast response. Able to be detail oriented, proficient in make important decisions, manage deadlines and conduct team reviews. With deep expertise analysis and problem solving skills dedicated to growth and improvement company.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pendidikan dan Ketimpangan Ekonomi: Meninjau Akses dan Kualitas Pendidikan Masyarakat Miskin

1 Mei 2024   19:40 Diperbarui: 1 Mei 2024   20:56 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galeri Pendidikan di Indonesia

Pendidikan dianggap sebagai salah satu jalan keluar untuk mengatasi kemiskinan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat kurang mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pekerjaan yang lebih baik. Meskipun demikian, penelitian menunjukkan bahwa akses masyarakat miskin terhadap pendidikan yang berkualitas masih kurang memadai.

Pendidikan juga merupakan faktor kunci dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Namun, di Indonesia, realitas pahit masih terjadi. Ketimpangan ekonomi yang mengakibatkan disparitas dalam akses dan kualitas pendidikan, terutama di kalangan masyarakat miskin. Fenomena ini menjadi fokus penelitian dan perdebatan yang tak kunjung selesai.

Mayoritas rumah tangga miskin memiliki tingkat pendidikan rendah, sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2021 yang menunjukkan bahwa rumah tangga miskin dengan latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Secara rinci, persentase kemiskinan tertinggi terdapat pada rumah tangga miskin yang tidak tamat SD (29,86%) dan lulusan SD (37,74%), sementara persentase penduduk miskin lulusan SMP dan SMA masing-masing sebesar 15,05% dan 15,54%. Namun, persentase penduduk miskin dari golongan lulusan perguruan tinggi jauh lebih rendah, hanya sebesar 1,81%. Sebaliknya, persentase penduduk tidak miskin terbanyak adalah dari lulusan SMA (28,70%) dan lulusan SD (28,15%).

Akses Pendidikan Menjadi Batu Sandungan bagi Masyarakat Miskin

Di banyak daerah, akses pendidikan masih menjadi tantangan besar bagi masyarakat miskin. Faktor ekonomi menjadi penghalang utama yang menghambat anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk mengakses pendidikan yang layak. Biaya sekolah, termasuk biaya buku dan seragam, seringkali tidak terjangkau bagi mereka. Akibatnya, banyak anak miskin terpaksa putus sekolah atau bahkan tidak pernah bersekolah sama sekali.

Kualitas Pendidikan Sebagai Tuntutan untuk Meratakan Peluang

Selain akses, kualitas pendidikan juga menjadi perhatian utama. Masyarakat miskin seringkali mendapatkan pendidikan yang jauh dari standar yang diharapkan. Fasilitas pendidikan yang kurang memadai, kualitas pengajaran yang rendah, dan kurangnya dukungan dari pemerintah menjadi faktor-faktor yang memperburuk kondisi ini. Sebagai akibatnya, kesenjangan antara lulusan dari kalangan miskin dengan kalangan kaya semakin melebar.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Dalam mengatasi masalah ini, peran pemerintah dan masyarakat sangatlah penting. Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan dan mengarahkannya kepada mereka yang membutuhkan, serta menjamin akses pendidikan yang merata bagi semua lapisan masyarakat. Sementara itu, masyarakat juga harus terlibat aktif dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi anak-anak miskin, baik melalui aksi advokasi maupun dukungan langsung kepada mereka yang membutuhkan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Ketimpangan

1. Kurangnya Alokasi Anggaran Pendidikan

Kekurangan dana untuk pendidikan sering kali menghasilkan fasilitas pendidikan yang kurang memadai dan standar pengajaran yang rendah, terutama di wilayah-wilayah yang ekonominya kurang berkembang.

2. Biaya Pendidikan yang Tidak Terjangkau

Biaya sekolah, buku, dan seragam yang tinggi menjadi penghalang utama bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

3. Kurangnya Infrastruktur Pendidikan

Di banyak wilayah, terutama di pedesaan, masih terdapat kekurangan infrastruktur pendidikan yang memadai, seperti ketersediaan ruang kelas yang sesuai standar, fasilitas sanitasi yang memadai, dan akses transportasi yang memadai.

4. Kurangnya Kualitas Pengajaran

Kurangnya kualifikasi dan motivasi guru, serta kurangnya pelatihan yang memadai bagi tenaga pendidik di daerah-daerah terpencil, dapat memengaruhi kualitas pengajaran dan pembelajaran.

Solusi dan Upaya Mengatasi Ketimpangan

1. Penyediaan Dana Pendidikan yang Cukup

Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan, terutama untuk daerah-daerah yang miskin, guna memastikan tersedianya fasilitas pendidikan yang memadai dan kualitas pengajaran yang baik.

2. Program Bantuan Pendidikan

Program bantuan pendidikan berupa beasiswa atau subsidi biaya pendidikan dapat membantu mengurangi beban finansial bagi keluarga miskin dan memungkinkan anak-anak mereka untuk tetap bersekolah.

3. Peningkatan Infrastruktur Pendidikan

Pembangunan dan perbaikan infrastruktur pendidikan, termasuk pembangunan sekolah baru dan perbaikan fasilitas yang ada, perlu diprioritaskan untuk memastikan setiap anak memiliki akses ke pendidikan yang layak.

4. Peningkatan Kualitas Pengajaran

Pelatihan dan pengembangan profesionalisme bagi guru-guru di daerah terpencil perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah-sekolah tersebut.

Ketimpangan ekonomi masih menjadi hambatan utama dalam mencapai pendidikan yang merata dan berkualitas bagi semua anak di Indonesia. Namun, dengan kesadaran bersama dan aksi yang tegas dari pemerintah dan masyarakat, harapan untuk merubah realitas ini bukanlah hal yang mustahil. Semoga suatu hari nanti, setiap anak di Indonesia dapat menikmati haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak, tanpa terkekang oleh kondisi ekonomi keluarga mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun