Optimisme adalah hal yang terpenting. Walaupun memang sulit di masa-masa sekarang karena secara bersamaan mengalami krisis kesehatan, ekonomi, dan pembelajaran. Ini jadi tantangan luar biasa. Tapi optimisme itu bisa didapatkan dalam berbagai hal.
Sejak Kemendikbud memberikan lampu hijau untuk mengadakan pembelajaran tatap muka, muncul berbagai pro dan kontra yang muncul. Dari berbagai macam penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) dinilai kurang efektif. Â Â
Sementara itu, jika kegiatan dilakukan dengan tatap muka, dikhawatirkan akan menimbulkan cluster Covid-19 baru di lingkungan sekolah. Maka, untuk mengantisipasinya, Universitas Aisyiyah Yogyakarta melakukan kegiatan belajar mengajar tersebut diantisipasi dengan metode hybrid learning.
Apa itu Hybrid Learning?
Hybrid learning merupakan kombinasi antara metode PJJ dengan metode tatap muka. Ini diharapkan agar bisa meminimalisir dampak psikososial pada mahasiswa. Penerapan proses pembelajaran hybrid learning diketahui memiliki suatu kemampuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa. Baik kemampuan dalam menerima pembelajaran dan sosialisasi di lingkungan kampus.
Dalam menjalankan metode ini para mahasiswa hanya masuk ketika ada kelas praktikum (kelas kecil) yang hanya berisi 8 -10 orang setiap kelasnya. Agar tidak menimbulkan cluster baru di lingkungan kampus, maka dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara tatap muka tetap dilakukan dengan menggunakan protokol kesehatan. Â Sehingga, meskipun masih melakukan kegiatan tatap muka, kampus masih bisa menjamin keamanan kesehatan di kampus.
Sementara itu, jika kegiatan pembelajaran dengan metode daring, dosen bisa memanfaatkan fasilitas interaksi daring dengan learning management system (LMS). Misalnya adalah Google Classroom, Google Meet, Zoom Meet, dan media pembelajaran lainnya.
Nah, meskipun kegiatan pembelajaran dengan hybrid learning sedikit berbeda dengan pembelajaran lain, namun metode ini merupakan metode yang paling tepat jika diterapkan saat masa pandemi seperti ini.