Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Titian Garis Putih

18 September 2020   15:15 Diperbarui: 31 Maret 2021   08:13 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil memeluk dan mencium kening Raditya, tetesan air mata jatuh dari pelupuk mata ibunya. Lalu ibunya melepaskan kepergian Raditya menuju ke dalam bis yang akan segera berangkat.

Di dalam bis yang sedang melaju, Radit masih memandang ke arah ibunya sambil melambaikan tangan. Rasa kesedihan yang mendalam terasa ketika lambaian tangan ibunya tidak terlihat lagi. Ia bertekad untuk tetap berjuang menggapai cita-citanya, meskipun sambil kuliah dirinya harus bekerja. "Aku harus berhasil meraih mimpiku. Aku ingin membahagiakan ibuku. Aku akan mewujudkan semua keinginan ibu." Ungkapnya dalam hati.

Sesampainya di tempat tujuan, Raditya segera beristirahat sejenak di terminal. Di terminal bis inilah, awalnya aku bertemu dengan Raditya. Saat itu, Aku melihat Raditya dalam kondisi kebingungan. Aku pun menghampiri Raditya dengan menanyakan identitas dan hendak kemana tujuannya. 

Aku berusaha untuk memberikan jasa agar Raditya mau ikut bersamaku. Raditya seakan tak mampu berkata apa-apa, lalu kami segera pulang untuk istirahat di rumah orang tuaku. 

Di tengah perjalanan aku dan Raditya terus mengobrol. Aku bertanya kepada Raditya maksud dan tujuannya datang ke kota. Aku sangat terkejut, ternyata Raditya merupakan satu dari calon mahasiswa yang diterima di universitas terkemuka di kotaku. Raditya diterima di jurusan yang sama denganku. Ia juga mengungkapkan keinginannya untuk dapat membahagiakan ibunya.

Dengan perasaan iba, aku mengajak Raditya untuk sementara waktu tinggal bersama di rumah orang tuaku. Namun mendengar perkataan yang disampaikan Raditya, selain prihatin aku juga merasa bangga dengan tekad dan semangat Raditya yang ingin mengubah masa depan serta keinginannya untuk dapat membahagiakan ibunya.


(Bersambung)

Bagian Dua

Raditya Berusaha Mandiri

Dua hari telah berlalu, Raditya merasa dirinya ingin dengan segera mendapatkan kos-kosan. Dengan bermodalkan uang 750 ribu yang dibawanya dari kampung, Raditya mengajakku untuk mencari lokasi kos-kosan yang jaraknya tidak jauh dari kampus. "Coba kita tanya pada ibu yang sedang menyiram tanaman di rumah berpagar hijau itu, mungkin beliau tahu lokasi kos-kosan di sekitar sini." Ucapku kepada Raditya sembari menuju ke arah rumah yang terlihat seorang perempuan sedang menyirami tanaman di depan rumahnya. 

"Assalamualaikum, maaf Bu. Perkenalkan saya Rangga dan ini teman saya Raditya. Kami datang kemari bertujuan untuk menanyakan apakah terdapat kos-kosan di sekitar lingkungan ini ya Bu?" Tanyaku kepada ibu tersebut. "Wa alaikum salam, oh kamar kos-kosan ya. Kebetulan sekali di rumah ini juga menerima anak kos khusus mahasiswa. Memangnya, siapa yang mau ngekos?" Kembali ibu itu mengalihkan pertanyaan kepadaku dan Raditya. "Saya Bu yang ingin ngekos. Memangnya berapa biaya bulanannya Bu, kalau bisa jangan terlalu mahal dong Bu. Maklumlah, kondisi keuangan saya terbatas." Jawab Raditya ketika ibu pemilik rumah kos tersebut menanyakan siapa yang ingin mencari kamar kos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun