Mohon tunggu...
al hafidz _13oke
al hafidz _13oke Mohon Tunggu... Aktor - Pelajar mahasiswa

EDP 🐪🦁👶 We Hope Be the UBERMENSCH. We life for all cityzen of the eart

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seni Hidup Bahagia ala Filosofi Stoic

1 Juni 2022   02:20 Diperbarui: 1 Juni 2022   02:22 1442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seni Hidup Bahagia Ala Filosofi Stoic 

Al Hafidz Al Khaeri

Bahagia seolah telah menjadi "hewan buruan" semua manusia di bumi, demi mendapatkan harta dan tahta, manusia rela melakukan apapun dengan dalih untuk mencapai 'kebahagiaan.' Meski kenyataannya uang (materialisme) sebanyak apapun  tak akan bisa membeli kebahagiaan.

Karena pada esensinya kebahagiaan letaknya berada didalam hati, yang taat kepada tuhan, self love, menerima kehidupan, dan menjalankan prinsip hidupnya yang linear dengan etika serta moral-moral yang agung. Harta melimpah dan tingginya jabatan (orang-orang materialisme) bukan jaminan seseorang bisa hidup bahagia. Bisa jadi karena dua hal tersebut, seseorang malah menjadi tidak bahagia.

Ada beberapa faktor-faktor mengapa orang hidupnya tidak bahagia "seseorang tidak akan pernah bahagia karene terlalu banyak keinginan" Dengan kata lain, ia tidak punya tujuan dalam hidupnya karena teramat banyak pilihan sehingga pada ujung-ujungnya tidak memiliki pilihan. orang-orang yang seperti itu, lebih mementingkan untuk mendahulukan gaya hidup daripada kebutuhan hidup (Hedonisme).

 Kita tidak menyadari segala sesuatu yang menimpa kita tidak pernah terlepas dari baik dan buruk Marcus Aurelius mengatakan bahwa "Kematian dan kehidupan, kesuksesan dan kegagalan, rasa sakit dan kesenangan, kekayaan dan kemiskinan, semua ini terjadi pada yang baik dan yang buruk, dan mereka tidak mulia atau memalukan - dan karenanya tidak baik atau buruk." 

Artinya semua peristiwa yang menimpa kita, baik dan buruknya alam (Tuhan) selalu menginginkan kita untuk baik, tidak ada yang buruk semuanya baik. "Berbahagialah mereka yang dapat bertahan di saat menerima keberuntungan dan ketidakberuntungan" Seneca

Manusia tidak bahagia karena sering merasa tak puas dengan keadaan dan tak sanggup menerima kenyataan hidup. Semua ini membuat orang larut dalam kekecewaan, menyalahkan bahkan mengkambinghitamkan orang lain, dan lebih sadis lagi menyalahkan takdir. Seneca mengatakan bahwa "Apabila Anda berasa belum puas dengan apa yang anda miliki sekarang, maka anda tidak berasa puas walaupun dunia seluruhnya menjadi milik anda." 

Manusia tidak bahagia karena ia mencintai kesempurnaan bukan keutuhan, sehingga sulit menerima kekurangan diri dan orang lain dan tidak siap menerima perubahan akan sesuatu yang dianggap sempurna. Di dalam buku Meditation Marcus Aurelius berdalih bahwa "Orang yang bodoh cenderung menyalahkan orang lain atas kemalangannya sendiri. Menyalahkan diri sendiri adalah bukti kemajuan. Tetapi orang bijak tidak pernah menyalahkan orang lain atau dirinya sendiri."

Dari peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di atas yang membuat manusia kehilangan kendali, di sini filosofi Stoic hadir untuk meminimalisir bahkan meraih kebahagiaan secara total. sebelum lebih lanjut alangkah baiknya, kita memahami sedikit terkait sejarah kemunulannya filsafat setoic atau stoa. 

Di dalam bukunya Henri Manampiring yakni buku yang berjudul "Filosofi Teras" mengatakan bahwa sejarah filsafat stoic berawal dari seorang pedagang kaya dari Sisipus pada kisaran abad 300 SM. yang melintasi laut mediterenia untuk menjual pewarna kain yang di gunakan untuk raja, alangkah malangnya seorang pedagang kaya, yang bernama Zeno itu, kapal yang di tumpanginya karam atau tenggelam dan semua dagangnya tumpah ke lautan sehingga terdampar di Athena. 

Disana Zeno ditemukan dengan orang-orang besar serta berpengaruh, Zeno sendiri merasa kagum dengan tokoh besar Yunani yaitu Socrates. Namun Na'as dikarenakan Zeno beda zaman dengan dia maka Zeno hanya bisa belajar melalui liturgi-liturgi disitu. Lalu dikala ia mengunjungi toko buku ia diarahkan oleh pedagang buku itu untuk belajar filsafat dari Crates, filsuf aliran Cynic atau sinisme, sampai ia mengajar sendiri filsafatnya sendiri di teras berpilar (Stoa).

Ada beberapa tokoh-tokoh besar yang menganut faham Filosifi Stoic Marcus Aurelius 121 M. -180 M. Seneca 65 M. Epictetus 135 M. Epicurus 341 SM. - 270 SM. Mereka semua mempengaruhi negrinya bahkan beberapa ajaran-ajaran atau quotes-quotes sangat relevan sampai sekarang seperti kata-kata bijaknya Marcus Aurelius "The happiness of your life depends upon the quality of your thoughts." "You have power over your mind - not outside events. Realize this, and you will find strength." 

Di dalam quotes di atas Marcus Aurelius menekankan kualitas pikiran, di dalam pikiranlah semuanya terangkai karena dari pikiranlah tindakan-tindakan itu terjadi. Bergitu juga dengan kebahagiaan tidak ada aspek luar (eksternal) yang mempengaruhi, karena semuanya berada di dalam hati dan pikiran. Oleh karenannya penguasaan pikiran dan kendali diri sangat ditekankan oleh penganut filosofi stoic.

Bahagia Kaum Stoic, bagi kaum stoic, bahagia adalah Apatheia. A=not, pathos=suffering. Sehingga aptheia adalah situasi dimana kita free from sufferings, free from emotions, freedom from all passions. Kebahagiaan bagi kaum stoa adalah tiadanya penderitaan, emosi negativ, saat kita tidak diganggu oleh nafsu-nafsu (Seperti amarah, kecewa, rasa pahit, dan rasa iri hati) jika sudah terlepas dari pengaruh itu semua maka hasilnya kita akan merasakan kebahagiaan. 

Karena kunci kebahagiaan bagi kaum stoa adalah manakala kita terhindarkan dari nafsu-nafsu gak jelas, kecanduan/addicted terhadap sesuatu, angkara murka, kehilangan kendali, dendam kesumat, kecemasan obesesif, rasa kesal berlebihan yang dirangkum dalam empat jenis emosi negatif (iri hati, takut, sesal/pahit, dan rasa senang-nikmat)

Kaum stoa menempatkan kebahagiaan dalam ketenangan batin (peace of mind) dan bukan dari hal-hal eksternal. Rasa bahagia tidak didapat dari kenikmatan/kesenangan uang, makan, minum, seks, kekuasaan, atau posisi jabatan tinggi. Rasa bahagia didapat dari ketenangan batin yang dicapai lewat askesis / exercise (latihan) yang dilakukan sehari-hari.

Kaum Stoa memiliki tujuan terhadap pandangan hidup agar kebahagiaan bisa tergapai tujuan hidupnya antara lain ialah. 

Hidup bebas dari emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dll)

Mendapatkan hidup yang tenteram (tranquil)

Ketentraman hanya bisa diraih dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan

Hidup mengasah kebijakan (virtues)

Filosofi setoic sangatlah relevan dari klasik hingga kontenporer sekarang ini yang dimana sindiran, ujaran kebencian, fitnah, hujat-menghujat sangatlah marak dimana-mana. Maka dalam hal ini mengimplementasikan teori filosofi stoic di dalam kehidupa sehari-hari sangatlah penting. 

jadi jika kita dilanda musibah seerti kehilangan kekayaan, hubungan yang kacau serta kejadian-kejadian yang membuat kita depresi, cemas yang berlebihan (neorotik) atau justru membentuk kepribadian melankolis salah satu opsi untuk memecahkan masalahnya kita mengamalkan teori dan prinsip hidup dari kaum stoic atau stoa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun