Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pramuka, Seni Pelajari Keterampilan Hidup

16 April 2024   10:45 Diperbarui: 16 April 2024   11:14 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Anggota Pramuka sedang belajar Bendera Semaphore/Sumber : melalui Kompas.com (Shutterstock)

Pramuka, sebuah pengalaman terbaik gali potensi diri semasa menjalani aktivitas pendidikan formal. Di dalam aktivitas ini banyak menemukan cara belajar keterampilan hidup. Sebuah aktivitas menyenangkan yang dikembangkan untuk bertahan hidup. Mengapa? Mulai dari belajar morse, memasak, pioneering, semaphore, pertolongan pertama pada kecelakaan, kepemimpinan, dan banyak lagi keterampilan hidup yang lain diajarkan. 

Beruntung banget bisa kenal dan menggeluti banyak kegiatan dalam Pramuka kala itu. Sekolah tidak melulu menyoal kecerdasan secara akademis dan di dalam Pramuka saya pribadi menemukan keseimbangan dalam belajar kala itu, dan bukan hanya itu saja, melalui Pramuka bisa mengembangkan banyak hal dalam kepribadian (karakter). 

Pendidikan (dalam bentuk formal) yang diwakili sekolah tidak hanya menyoal kepandaian dalam satu bidang tertentu. Pramuka merupakan salah satu ekstrakurikuler pilihan, masih banyak juga yang lain, seperti Dokter Kecil, Patroli Keamanan Sekolah (PKS), dsb. 

Sesuatu yang berbeda yang Pramuka tawarkan adalah, SEMUANYA ada di sana! Misalnya, dalam aktivitas berkemah. Sebuah ujian kemandirian, hidup di luar rumah dan keluarga. Banyak latihan dalam mengambil keputusan yang bisa dialami saat itu. 

Contoh yang sederhana, dalam kegiatan berkemah, mau bawa perlengkapan segambreng yang alhasil kayak pindahan rumah, guling, bantal dibawa semua, atau mau minimalis, sampe odol juga minta temen hehehe. Keputusan gak mandi karena biasa mandi air hangat di rumah lalu dalam aktivitas nge-camp, gak banyak pilihan untuk mandi seadanya. Tentu di area perkemahan ketersediaan sumber air hangat tentu langka bahkan tidak ada. Kadang air harus berbagi dengan sejumlah teman sehingga kegiatan mandi bisa jadi tidak maksimal. Bau-bau keringet kemarin gak ilang sepenuhnya, hehe.

Beragam pengalaman keterampilan hidup bisa dinikmati di dalamnya. Gerakan Pramuka awalnya dimulai oleh seorang tentara Inggris bernama Robert Stephenson Smyth Baden-Powell yang lebih dikenal dengan nama Lord Baden-Powell. Setelah menikah, sang istri pun juga aktif menggerakkan kepanduan putri di kalangan remaja. Istrinya bernama Olave St.Clair Soames. Sang adik juga terlibat aktif di kepanduan, Agnes Baden-Powell.

Merujuk pada sejarah dimulainya gerakan kepanduan ini tentu amat sangat relevan jika Pramuka (kepanduan) adalah sebuah kegiatan yang menekankan pendidikan dalam 'bertahan hidup' (survival). Latar belakang Baden-Powell yang seorang militer sangat beralasan. Dalam Pramuka, gak bisa menye-menye. Pengembangan keterampilan bertahan hidup terutama untuk konteks saat itu yang dalam suasana perang.

Menyoal Pramuka yang tidak wajib saat ini tentu tidak perlu menjadi polemik, apalagi judul kurikulum pendidikan yang saat ini dilabeli MERDEKA alias BEBAS TANPA BELENGGU, masak mau dipaksa? Jadi gak merdeka lagi dong nantinya. Toh, Pramuka bukan dihilangkan, tetapi dijadikan sebuah pilihan. Bila pilihan itu sangat baik tentu HARUS dilanjutkan sebagai sebuah aktivitas dalam pendidikan, tetapi jika dirasa begitu banyak 'dosa' yang justru menghilangkan karakter baik (terutama para pengurus Pramuka-nya) ya harus dirombak 'kelembagaannya'.

Intinya gerakan Pramuka-nya, BAIK. Tetapi, mungkin yang perlu dibenahi adalah struktur kepengurusan kelembagaannya, agar efektif, efisien, dan tepat sasar, mengembangkan karakter baik dalam pendidikan.

Salam Pramuka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun