Di batas ini, aku akan mengenangmu
sebagai pengembara yang tak pernah pulang
ditelan waktu dan beberapa titik hilang.
Seribu kompas bahkan tak cukup untuk membuatmu mengerti
bahwa aku adalah daratan yang selama ini kau rindu, kekasih.
Kanal-kanal telah mengalirkan gelak tawamu, di masa yang jauh,
sebelum kau sempat mengelak dan aku telanjur menemukanmu
tersangkut di antara akar pepohonan, pecahan batu, tapi tak melihat aku.
Barangkali cinta memang begini,
harus kusapa dengan berbagai cara:
lupa. Melupakan.
Di titik ini, aku akan memilih buta
Menimang sendiri sejarah dan duka
Tanpa mau melihat apa-apa:
arloji, setumpuk kalender, pergantian siang-malam,
gerbang berkarat, gerendel pintu, dan jaring laba-laba.
"Mencintaimu adalah kehilangan yang harus kupercayai sepenuh hati, Sayangku."