Mohon tunggu...
Lana Ancala
Lana Ancala Mohon Tunggu... Freelancer - Berjalan | Bercerita | Berbagi

Seorang pembual yang gemar menyulap derita menjadi cerita. Tadinya sih mau jadi playboy, tapi ternyata masih kurang ganteng dan tajir.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan Waktu

12 Desember 2019   17:27 Diperbarui: 12 Desember 2019   17:32 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di batas ini, aku akan mengenangmu
sebagai pengembara yang tak pernah pulang
ditelan waktu dan beberapa titik hilang.


Seribu kompas bahkan tak cukup untuk membuatmu mengerti
bahwa aku adalah daratan yang selama ini kau rindu, kekasih.


Kanal-kanal telah mengalirkan gelak tawamu, di masa yang jauh,
sebelum kau sempat mengelak dan aku telanjur menemukanmu
tersangkut di antara akar pepohonan, pecahan batu, tapi tak melihat aku.


Barangkali cinta memang begini,
harus kusapa dengan berbagai cara:
lupa. Melupakan.


Di titik ini, aku akan memilih buta
Menimang sendiri sejarah dan duka
Tanpa mau melihat apa-apa:


arloji, setumpuk kalender, pergantian siang-malam,
gerbang berkarat, gerendel pintu, dan jaring laba-laba.

"Mencintaimu adalah kehilangan yang harus kupercayai sepenuh hati, Sayangku."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun