Mohon tunggu...
Al Furqon M Yuslim
Al Furqon M Yuslim Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Stiba Ar-Raayah

Lahir di Tulung Selapan, Sumatera Selatan dan Kuliah di Sukabumi, Stiba Ar-Raayah - Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Waktu Membantu Rindu

31 Maret 2021   14:53 Diperbarui: 31 Maret 2021   14:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh : Al-Furqon M. Yuslim

    STIBA Ar-Raayah, sebuah lingkungan yang indah dan sejuk nan luas 15 hektometer. Yang mana, ia ibaratkan sebuah tali yang mengikat hati bagi setiap anak suku bangsa. Dari penjuru kotapun, begitu banyak yang berminat tuk bergabung didalamnya. Bisa dikatakan, dari Sabang sampai Merauke ada didalamnya anak Indonesia. Tepat di tahun 2018 pada tanggal 20 April, tersinggahkan sebuah kaki pemuda tuk ikut tes Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB) di sana. Selangkah demi selangkah, ia langkahkan kakinya dengan takjub dan kagumnya atas apa yang ia lihat setelah perjuangannya selama di pondok dulu. Tangis bahagia dan sedihpun, kini ia bisa rasakan setalah 3 tahun yang perih akan semua perangnya di pondok.

    Pukul 07:00 WIB, tepatnya awal tes bermulai di Sukabumi. Ya, STIBA Ar-Raayah terletak di Sukabumi. Pemuda itu pun mulai memasuki ruangan tesnya dengan segenap keyakinan dan harapan, kelak dengan semua yang ia lihat dalam mimpinya segera diwujudkan oleh Allah Subhaanahu Wata'aala. Dan uniknya, pemuda ini bisa merasakan akan sesuatu yang akan terjadi di dalam hidupnya dengan izin Allah. Namun entah, mungkin dia memiliki kelebihan yang dikaruniakan oleh Allah seperti manusia lainnya.

    Singkat cerita, pemuda ini berhasil melalui tes Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB) di Sukabumi dengan teman barunya Nashrulllah dan Asep serta seorang pemuda yang berasal dari Yogyakarta. Setelah ia lalui tes Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB), kini beliau hanya menunggu hasil pengumuman dari STIBA Ar-Raayah dan memperbanyak do'anya kepada Allah agar segera dikabulkan apa yang ia inginkan selama 3 tahun yang lalu.

    01 Mei 2018, diumumkanlah hasil tes Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB) di STIBA Ar-Raayah. Pada hari itu, banyak orang yang senang dan berbahagia setelah diterimanya mereka di STIBA Ar-Raayah. Di sisi lain, ada begitu banyak orang yang sedih karena belum terpilih sebagai mahasiswa STIBA Ar-Raayah. Adapun dengan pemuda yang dalam cerita ini, beliau belum mengetahui akan pengumuman yang telah dilampirkan di web resmi Ar-Raayah dikarenakan keterbatasan komunikasi di lingkungan pondoknya. Keadaan beliau yang selalu menanti-nanti dalam setiap harinya akan pengumuman itu, kini merasa berputus asa dan mencoba ikhlash akan ketetapan Allah jika harus menetap dipondoknya sebagai sang pengabdi. Ia pun akhirnya menjalankan rinunitasnya seperti biasa dalam kesehariannya, seperti memperdalam ilmu fiqh wanita, memperbanyak hafalan hadits-hadits shahih, muraaja'ah hafalan qur'annya ,dan begitu pula dengan amalan-amalan shalih lainnya yang beliau ketahui.

    Pada hari Jum'at 04 Mei 2018 tepat sebelum beliau dipulangkan kerumahnya dalam rangka liburan panjang dan membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), ia sempat di cari-cari oleh Imas Susilawati setelah shalat Shubuh. Namun, Imas ketika itu tidak dapat menjumpai beliau dikarenakan beliau masih mengimami jamaa'ah di masjid pondoknya. Akan tetapi, usaha Imas tak berhenti sampai di situ saja. Ia sempat melihat salah satu santri yang baru keluar dari toilet dan ia sangat yakin bahwa santri itu masbuuq dalam shalat Shubuh. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menitipkan pesannya untuk pemuda tersebut dan pulang ke halaman santriwati dengan harapan pesannya bisa tersampaikan kepada pemuda itu sebelum berpisah. Tapi naasnya, pesan tersebut lupa disampaikan oleh santri yang masbuuq tadi. Dan ketika pemuda itu hendak pulang ke asrama, ia pun langsung didatangi langsung oleh Imas secara mendadak. Imas berkata : "Apakah ada pesan dari santri yang masbuuq?", kata beliau : "Tidak ada, emang kenapa?" (Sedikit merasa heran). Imas spontan melemparkan pesannya : "Selamat ya, akhirnya kamu diterima di STIBA Ar-Raayah" (Tersenyum dengan rasa bahagia dan sedih). Ketika mendengar Imas berkata : "Kamu diterima", beliau langsung sujud memuji Allah dengan air terjun yang deras mengaliri pipinya. Seolah-olah, pada hari itu ia mulai yakin bahwa kehidupan yang indah nan baik itu dapat ia rasakan di dunia ini. Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97 yang berbunyi : "Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan baik laki-laki maupun perempuan, niscaya kami akan berikan kehidupan yang baik dan balasan yang lebih baik dengan pahala dari apa yang mereka kerjakan". Namun, yang anehnya lagi Imas malah tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan pemuda itu. Sebab, ia sujud di atas alas kaki dan membelakangi kiblat lagi. Wajar, jika Imas tertawa. Akan tetapi, seperti itulah keadaan seorang manusia jika begitu sangat bahagia dan takjub akan kekuasaan Allah. Sampai-sampai, sujudpun bukan pada tempatnya.

    Mudir Ma'had H. Syukron HS. mendatangi pemuda itu dengan sebuah kabar gembira, bahwa beliau langsung memberi izin pemuda itu tuk langsung pulang dalam rangka liburan panjang dan membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) serta mempersipakan berkas-berkas untuk daftar ulang di STIBA Ar-Raayah. Dengan senang hati, pemuda itupun langsung angkat kaki dari pondoknya tuk pulang ke kampung halamannya.

    1 bulan telah berlalu, dan tak terasa hilang dalam liburan panjang. Ramadhanpun, beliau juga lalui dalam liburan panjang. Kini, hanya tinggal pulang ke pondok yang belum dilakukan sebelum berangkat setelah semua persiapan yang telah ia sediakan. Setibanya di pondok pada 28 Juni 2018, beliau pamitan dan mengucapkan rasa syukur serta terima kasih kepada ustadz-ustadznya yang telah mendidiknya sehingga bisa melangkah sejauh ini. Sungguh, ia pun juga tak percaya akan hasil yang telah ia usahakan selama ini. Terasa, semua begitu mudah dan enak ketika berada di atas puncaknya.

    Selama perjalanan menuju ke STIBA Ar-Raayah, terbayang sudah semua kenangan dan perjuangan selama memondok di sana. Seakan-akan, semua itu hanyalah jembatan tuk mencapai pulau selanjutnya. Kereta pun, begitu cepat lajunya dalam menafsirkan isi hati pemuda itu. Banyaknya mobil-mobil yang terlintasi, mengisyaratkan akan banyaknya kenangan yang tertinggal suatu hari nanti walaupun semua mobil itu mahal disisinya.

    Setiba di Ar-Raayah pada pukul 04:38 WIB tepatnya pada hari Minggu tanggal 01 Juli 2018, teringatlah beliau akan hal-hal yang akan nyata lewat dari mimpinya. Mulai dari orang yang dirindukannya, berbicara berbahasa Arab setiap harinya, lulus S1, dan masih banyak lagi tujuan beliau untuk mencapai cita-citanya. Akan tetapi, semua itu tak seperti yang ia duga. Apa yang selama ini ia selalu nampak dalam dunia lain, tak semudah seperti dulu ia gapai. Mungkin, Allah menginginkan beliau bersabar sampai tiba waktunya buat siap dengan kejutan yang Allah sudah siapkan sebelum semua terjadi sesuai yang tertera di Lauhil Mahfudz.

    Di malam hari, terdiam sudah masjid Ar-Raayah setelah shalat Maghrib dengan sebuah kubah yang besar diatasnya dalam kesunyian. Di saat itu, semua mahasiswa terdiam dan terpaku pada keadaan yang aneh ketika itu. Yang mana pada setiap shalat fardhu ada kultum, kini tiba-tiba hilang seketika dengan majunya salah satu ustadz. Beliau berkata : "Diharapkan kepada seluruh mahasiswa/i agar segera mengumpulkan seluruh No. WhatsApp orang tuanya tanpa terkecuali, karena sekarang kita dalam keadaan darurat", hanya segitu yang pemuda ini ingat. Seletah itu, keadaan mahasiswa pun drastis berubah 80%. Sebagian dari mereka, ada yang gembira karena mereka yakin bahwa pengumuman itu tanda dari tanda-tanda bahwa liburan panjang semakin dekat. Di sisi lain, ada juga yang biasa-biasa aja menyikapi hal tersebut dikarenakan sudah tak lazim bagi mahasiswa diberitahukan akan hal-hal yang penting. Dan yang anehnya, ada sebagian mahasiswa tak memikirkan apa-apa dari hal yang telah disampaikan oleh ustadznya. Sungguh, sudah hilang adab dan kesopanannya dalam menghargai seorang guru. Seakan-akan, beliau telah menulis ilmu di atas air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun