Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Ramah Anak, Tapi Anak Tidak Ramah Guru: Mana yang Harus Diutamakan?

17 Oktober 2025   21:30 Diperbarui: 17 Oktober 2025   20:20 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GrokAI, dokpri)

Sekolah Ramah Anak, Tapi Anak Tidak Ramah Guru: Mana yang Harus Diutamakan?

Refleksi atas Krisis Etika dan Otoritas dalam Dunia Pendidikan

Program Sekolah Ramah Anak (SRA), yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), serta didukung UNICEF, bertujuan mulia: menciptakan lingkungan belajar yang aman, bersih, sehat, inklusif, dan bebas dari kekerasan. Prinsipnya jelas: setiap anak berhak dilindungi, dihormati, dan diberi ruang untuk tumbuh secara utuh.

Namun, dalam praktiknya, muncul paradoks yang mengkhawatirkan:

Sekolah semakin "ramah" pada anak, tetapi anak justru semakin "tidak ramah" pada guru.

Ketika guru menegur, ia dituduh kejam.
Ketika guru memberi sanksi, ia dilaporkan ke polisi.
Ketika guru meminta tanggung jawab, ia dianggap otoriter.

Pertanyaannya pun mengemuka:

Apakah perlindungan terhadap anak harus mengorbankan martabat dan otoritas guru?
Mana yang lebih penting: hak anak untuk tidak disakiti, atau kewajiban anak untuk menghormati pendidik?

Untuk menjawab ini, mari kita lihat fakta di lapangan.

Kasus-Kasus Nyata: Ketika Anak (dan Orang Tua) Tidak Ramah pada Guru

Berikut adalah rangkuman kasus-kasus nyata di Indonesia dalam 5 tahun terakhir yang menunjukkan sikap tidak hormat, bahkan agresif, dari siswa dan orang tua terhadap guru:

1. Kasus Supriyani: Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (April 2024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun