Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[menulis] Saat Pena Menari di Atas Kertas (Laptop/PC) Mendadak Beku

1 September 2025   10:15 Diperbarui: 1 September 2025   10:09 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Saat Pena Menari di Atas Kertas (Laptop/PC) Mendadak Beku

Ada momen yang paling menakutkan bagi seorang penulis bukan ketika halaman putih masih kosong, melainkan ketika tiba-tiba, di tengah alur yang mengalir deras, kata-kata itu menguap seperti embun pagi yang disambar matahari. Anda sedang menari dengan indah di atas kertas, kalimat demi kalimat tercipta dengan sempurna, tiba-tiba (plong!) seperti listrik padam di tengah pesta, pikiran Anda kosong. 

Jari-jari yang tadi lincah menari di keyboard kini terpaku. Kalimat yang baru saja Anda tulis terasa asing, seperti tulisan orang lain. Anda menatap layar, berharap ada keajaiban, tapi yang terpampang hanyalah titik kursor yang berkedip-kedip, seolah menertawakan Anda. Inilah mental block yang paling kejam: datang tanpa permisi di tengah lautan ide yang tadinya tenang.

Mengenal Si Penyusup: Mental Block di Tengah Proses

Mental block yang terjadi saat sedang menulis berbeda dengan kesulitan memulai tulisan. Ini bukan lagi tentang menghadapi halaman kosong, melainkan tentang kehilangan arah di tengah jalan, seperti kapal yang tiba-tiba kehilangan kompas di tengah samudra yang luas. Ia datang tanpa peringatan, menghentak seperti rem mendadak di mobil yang melaju kencang, membuat Anda terlempar dari alur kreatif yang sedang mengalir.

Penyebabnya beragam: mungkin ada pikiran tak terduga yang menyusup ("Lupa beli susu!"), mungkin ada keraguan yang tiba-tiba muncul ("Apa alur ini masuk akal?"), atau mungkin otak Anda sekadar lelah dan butuh istirahat. Tapi yang pasti, mental block di tengah proses menulis itu seperti lubang hitam, semakin Anda berjuang melawannya, semakin dalam Anda terhisap.

"Kebuntuan bukanlah akhir dari kreativitas, melainkan jeda yang dipaksakan, kesempatan untuk mengambil napas sebelum melompat lebih tinggi."

Dance with the Block: Menari Bersama Kebuntuan

Ketika mental block datang menyerang di tengah tulisan, jangan melawannya seperti melawan arus sungai. Sebagai gantinya, belajarlah menari bersamanya. Berikut beberapa cara yang telah saya temukan dalam perjalanan panjang sebagai penulis:

1. Tulis "AAA" dan Teruskan. Saat Anda mentok di satu bagian (misalnya bingung dengan nama tokoh, atau tidak tahu bagaimana menggambarkan suatu adegan) jangan berhenti. Cukup tulis "AAA" dan teruskan menulis. Teknik ini seperti memasang jembatan darurat di atas jurang: Anda tidak perlu menghabiskan waktu membangun jembatan permanen sekarang; cukup lewati dulu, dan Anda bisa kembali memperbaikinya nanti.

"Saya akan kembali ke bagian ini nanti," bisik saya pada diri sendiri setiap kali menulis "AAA" Atau di kesempatan lain cukup mengetik tanda titik (.....) sepanjang satu baris. Dan entah mengapa, ketika saya kembali, jawabannya sering kali sudah menunggu dengan tenang.

2. Ubah Perspektif dengan Satu Kalimat. Ketika Anda benar-benar stuck, coba tulis satu kalimat dari perspektif yang sama sekali berbeda. Ibarat saya berangkat ke Semarang. Rencana awal lewat jalan lurus sampai Ambarawa, tetapi memasuki Magelang setelah terminal saya malah belok kanan lewat Kopeng. Setengah perjalanan baru saya sadar kalau saya sudah tidak mengikuti tujuan awal. Teruskan saja sampai Salatiga dan masuk Tol Bawen. Pasti tiba juga di Semarang. Tentu ini menggeser tujuan awal keberangkatan, detail perjalanan dan mungkin melewati kesempatan untuk beli Durian sebelum memasuki Ambarawa. Cara ini lebih membantu, meski terjadi pergeseran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun