Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Commuting Jarak Jauh dengan Bus Antar Kota: Saat PERJALANAN Menjadi CERITA, Bukan Sekadar PERPINDAHAN

22 Agustus 2025   21:30 Diperbarui: 22 Agustus 2025   21:20 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan chat GPT, dokpri)

Beberapa bahkan membawa "travel kit" kecil: bantal leher, penutup mata, earphone, camilan sehat, dan air minum. Mereka menyadari: jika perjalanan tak bisa dihindari, maka jadikan ia sahabat.

(olahan Grok, dokpri)
(olahan Grok, dokpri)

Akhir Kata: Di Atas Roda, Kita Belajar Bertahan

Commuting dengan bus antar kota jarak jauh bukan gaya hidup. Ia adalah strategi bertahan. Ia adalah bentuk cinta yang diam: cinta pada keluarga, pada tanah kelahiran, pada harga diri yang tidak mau menyerah.

Dan dalam setiap kilometer yang ditempuh, ada cerita yang terbentuk. Tentang kesabaran. Tentang pengorbanan. Tentang harapan yang terus bergerak, seperti roda bus yang tak pernah berhenti.

Jadi, jika kamu pernah melihat seseorang turun dari bus dengan tas usang, mata lelah, tapi senyum tipis di wajah, jangan anggap ia hanya penumpang biasa.

Ia adalah pejuang perjalanan.
Ia adalah penjaga keseimbangan hidup.
Ia adalah bukti bahwa kadang, jarak terjauh bukan diukur dalam kilometer, tapi dalam keberanian untuk terus pulang.

Dan mungkin, tanpa sadar, kamu pun pernah menjadi salah satunya.
Di atas bus, di tengah malam, dengan hati yang berat dan doa yang ringan.
Bergerak. Terus bergerak. Menuju tempat yang disebut rumah.

***

[Menyusuri jalanan yang membentang luas, naik bus antarkota atau antarprovinsi adalah petualangan yang membius jiwa. Dari balik jendela, pemandangan sawah hijau, bukit yang menjulang, hingga gemerlap kota di malam hari menyapa dengan lembut, seolah mengundang untuk meresapi setiap detik perjalanan. Ada keajaiban dalam deru mesin bus yang setia mengantar, diiringi alunan musik nostalgia atau obrolan ringan sesama penumpang, menciptakan ikatan tak terucap yang menghangatkan hati. Setiap tikungan jalan terasa seperti lembaran baru dalam buku cerita, penuh harap dan kejutan yang menanti di tujuan.

Duduk di kursi bus, saya tak hanya bepergian, tapi juga menyelami mozaik kehidupan. Bau kopi dari pedagang kaki lima di terminal kecil, tawa anak-anak yang berlarian, atau senyum sopir yang penuh semangat, semua jadi bagian dari perjalanan yang membumi namun magis. Naik bus adalah tentang merangkul ketidakpastian dengan hati terbuka, menikmati ritme perjalanan yang kadang pelan, kadang cepat, namun selalu penuh makna. Ini bukan sekadar transportasi, tapi sebuah pengalaman yang mengajarkan bahwa perjalanan itu sendiri adalah tujuan, membawa kita lebih dekat pada dunia dan diri kita sendiri. Pengalaman semacam ini tak terulang meski kita mencobanya di kesempatan lain]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun