Dari Panggung Ke Pasir: Menggabungkan Pelajaran Budaya, Bisnis, Dan Keindahan Bali Dalam Satu Hari
Denpasar, Bali - Bagi siswa SMK Kesehatan Binatama Yogyakarta, kunjungan industri ke Bali bukan sekadar agenda akademis, melainkan perjalanan penuh makna yang mengajarkan bagaimana belajar bisa menjadi pengalaman yang menggairahkan ketika dikemas dengan rekreasi yang bermakna. Dua hari penuh di Bali (menyaksikan tarian sakral dan mengunjungi industri kosmetik tradisional) menjadi bukti nyata bahwa pendidikan tidak harus membosankan, tapi bisa menjadi petualangan yang menginspirasi.
Pagi Yang Penuh Makna: Menyaksikan Pertempuran Abadi Di Bali
Kamis, 14 Agustus hari kedua di Bali dimulai dengan langkah-langkah riang para siswa SMK Kesehatan Binatama menuju lokasi pertunjukan tari Barong dan Keris di jalan SMKI Batubulan. Dengan antusiasme yang tak terbendung, mereka duduk berjejer di ruang tonton yang dibuat berundak-undak, siap menyaksikan tontonan budaya yang sarat filosofi.
"Sebelum pertunjukan dimulai, Pak Gde (guide lokal kami) menjelaskan bahwa tarian ini bukan sekadar hiburan, tapi cerminan kehidupan kita sehari-hari," cerita Sinta, salah satu siswi yang tekun mencatat penjelasan guide. "Beliau mengatakan bahwa pertarungan antara Barong (kebaikan) dan Rangda (keburukan) tidak pernah berkesudahan karena dalam hidup, keduanya selalu hadir berdampingan dan saling menyempurnakan."
Saat pertunjukan dimulai, suasana langsung berubah magis. Para siswa terpukau oleh kemunculan Barong Keket (sosok mitologis berkepala singa dengan bulu lebat) yang menjadi simbol kebaikan. Di sisi lain, kemunculan Rangda dengan lidah panjang dan kuku tajam sebagai personifikasi keburukan membuat beberapa siswa perempuan menutup mata mereka. Namun, semua terdiam ketika adegan Sahadeva muncul, menolak persembahan kepada Rangda dan terlibat dalam pertarungan sengit dengan Kalika.
"Pak Gde menjelaskan bahwa Sahadeva mewakili kekuatan spiritual yang tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan jahat," ujar Rizki, siswa yang duduk di barisan depan. "Ketika Sahadeva mengubah wujud Kalika menjadi Barong, saya seperti ikut merasakan kemenangan kebaikan."
Bagian paling mendebarkan tentu saja saat adegan Barong Keris, di mana sang Barong menunjukkan kekebalannya terhadap tusukan keris. Para siswa hampir serentak berteriak kagum ketika penari yang memerankan Barong dengan tenang menerima tusukan keris tanpa terluka.
Dari Panggung Ke Pasar Tradisional: Belanja Oleh-Oleh Sementara Menjaga Nilai Budaya
Setelah pertunjukan usai, para siswa mendapat kesempatan langka untuk berfoto bersama dengan para penari, terutama dengan sosok Barong yang menjadi bintang utama pertunjukan. Antrian terbentuk panjang, setiap siswa ingin berfoto dengan kostum Barong yang begitu detail dan megah.
"Senang sekali bisa berfoto dengan Barong. Ini pengalaman pertama saya menyentuh langsung kostum tradisional Bali yang begitu indah," ujar Siti sambil memperlihatkan foto bersama Barong di ponselnya.
Tak jauh dari lokasi pertunjukan, di belakang aula, terdapat Cening Bagus Oleh-Oleh, tempat favorit wisatawan untuk membeli cenderamata khas Bali. Di sini, para siswa tidak hanya berbelanja, tapi juga mendapat penjelasan dari Pak Gde tentang bagaimana industri oleh-oleh di Bali mempertahankan nilai-nilai budaya sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman.
"Ini bukan sekadar toko oleh-oleh, tapi juga tempat pelestarian budaya," jelas Pak Gde. "Lihatlah bagaimana kerajinan tangan Bali dijual di sini, setiap produk memiliki makna filosofis yang mendalam."
Sambil berbelanja, para siswa menikmati makan siang dengan hidangan khas Bali. "Makanan di sini tidak hanya enak, tapi juga mengandung rempah-rempah yang baik untuk kesehatan," komentar Anisa, yang berencana menjadi perawat. "Ini mengingatkan kami pada pelajaran tentang manfaat rempah dalam dunia kesehatan."
Dari Rumahan Ke Industri: Mengulik Rahasia Lulur Tradisional
Hari sebelumnya, tepatnya pada kunjungan kedua ke Bali, rombongan siswa telah mengunjungi UD Sekar Jagat di Jalan Gambuh No. 9 Denpasar. Di sini, mereka mendapat penjelasan lengkap tentang bagaimana usaha rumahan bisa berkembang menjadi industri yang berkelanjutan.
"UD Sekar Jagat berdiri pada awal tahun 2003, tepatnya setelah tragedi Bom Bali pertama," jelas Ibu Hery, salah satu pengurus utama. "Saat itu, Bapak I Ketut Sugianta kehilangan pekerjaan di bidang pariwisata. Bersama Ibu Ni Wayan Lindawati yang memiliki pengalaman membuat lulur dan bekerja di SPA, mereka memulai usaha kecil-kecilan di Jalan Sri Rama Denpasar."
Para siswa terlihat antusias saat Ibu Hery menjelaskan visi misi perusahaan. Visi "Menjadi produsen kosmetik yang produknya tersebar luas di jagat ini" didukung oleh misi yang kuat: membuat kosmetik yang bermanfaat, aman, dan bermutu; menyediakan lapangan kerja; serta menjadi bagian dalam pembangunan perekonomian negara.
Setelah sesi paparan, para siswa diberi kesempatan untuk melihat langsung proses produksi di berbagai ruangan yang telah disiapkan sesuai standar CPKB. Mereka diajak mengunjungi ruang penyimpanan bahan baku, ruang pencampuran (mixing), ruang pengemasan primer (filling), hingga area penyimpanan produk jadi.
"Ini adalah contoh nyata bagaimana dari usaha rumahan sederhana, dengan tekad dan komitmen pada mutu, bisa berkembang menjadi usaha yang memberikan manfaat bagi banyak orang," ujar Ibu Hery.
Sebagai kenang-kenangan, setiap siswa mendapat dua paket lulur sedang, sementara guru pendamping masing-masing mendapat lima paket. Namun yang lebih berharga adalah pelajaran tentang kewirausahaan, ketekunan, dan pentingnya menjaga kualitas produk yang mereka bawa pulang.
Sunset Di Jimbaran: Menghargai Keindahan Alam Sekaligus Belajar Tentang Gaya Hidup Sehat
Malamnya, setelah kunjungan ke UD Sekar Jagat, rombongan siswa dibawa ke Pantai Jimbaran untuk makan malam. Pemandangan matahari terbenam yang memukau diiringi deburan ombak menjadi latar belakang makan malam yang "romantis" bagi para siswa.
"Pak Gde menjelaskan bahwa makan di pinggir pantai bukan hanya soal menikmati makanan enak, tapi juga tentang bagaimana gaya hidup sehat yang seimbang," ujar Melani. "Beliau mengatakan bahwa menikmati keindahan alam sambil makan makanan segar dari laut adalah cara Bali menjaga kesehatan jiwa dan raga."
Di Jimbaran, para siswa tidak hanya menikmati hidangan laut segar, tapi juga mendapat penjelasan tentang manfaat ikan dan seafood untuk kesehatan. "Ini mengingatkan kami pada pelajaran nutrisi di sekolah," komentar Rizki. "Ternyata, makanan sehat bisa sangat enak dan disajikan dengan cara yang menyenangkan."
Belajar Sementara Menikmati: Pelajaran Hidup Dari Bali
Bagi para siswa SMK Kesehatan Binatama, kunjungan ini bukan sekadar tamasya industri, melainkan pelajaran berharga tentang bagaimana tekad, komitmen pada kualitas, dan kepatuhan pada regulasi bisa mengubah usaha rumahan menjadi bisnis yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi banyak orang.
"Yang paling berkesan adalah bagaimana kami bisa belajar sambil menikmati," ujar Anisa. "Dari pertunjukan Barong yang mengajarkan filosofi hidup, hingga kunjungan ke UD Sekar Jagat yang menginspirasi kami untuk berwirausaha, semuanya dikemas dengan cara yang menyenangkan."
Pak Wayan, guide lokal yang menemani mereka selama kunjungan, menambahkan: "Bali bukan hanya tentang pantai dan pura. Bali adalah tempat di mana budaya, bisnis, dan keindahan alam menyatu. Saya senang melihat para siswa tidak hanya menikmati, tapi juga memahami makna di balik semua ini."
Bagi sekolah dan siswa yang ingin mengadakan kunjungan industri, pengalaman SMK Kesehatan Binatama ini menjadi contoh sempurna bagaimana belajar dan rekreasi bisa dilakukan secara simultan. Dengan perencanaan yang matang dan panduan yang tepat, kunjungan industri tidak hanya memberikan pengetahuan teknis, tapi juga menginspirasi para siswa untuk melihat dunia dengan perspektif yang lebih luas.
Di akhir kunjungan, saat matahari terbenam di Jimbaran dan langit berubah menjadi jingga keemasan, para siswa menyadari bahwa pendidikan sejati tidak hanya terjadi di dalam kelas, tapi juga di setiap sudut perjalanan yang mereka lalui, dari panggung tari hingga pinggir pantai, dari industri rumahan hingga keindahan alam yang memukau.
Di Balik Layar Kunjungan: Dedikasi Guru Pendamping Yang Tak Terlihat
Tak banyak yang menyadari betapa kompleksnya peran guru pendamping dalam memastikan kelancaran kunjungan industri ini. Di bawah komando Ibu Diana Prastiwi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, rombongan didukung penuh oleh tim pendamping yang solid terdiri dari Ibu Djati Pamulatsih, Ibu Anita, Ibu Dewi, Ibu Rita, Ibu Nurul, Ibu Aulia, Ibu Putri, Ibu Wahyu, Bapak Gito, Bapak Ghotama, Bapak Zahid, dan penulis sendiri Alfred.
Setiap langkah perjalanan telah direncanakan dengan matang, namun yang sesungguhnya menentukan keberhasilan kunjungan justru kemampuan mereka menghadapi situasi tak terduga di lapangan. Saat seorang siswa tiba-tiba mengalami mabuk perjalanan di tengah perjalanan dari Denpasar ke Jimbaran, atau ketika ada siswa yang kehilangan dompet di pasar oleh-oleh, para guru pendamping harus sigap mengambil keputusan tanpa mengganggu jalannya kegiatan utama.
Para ibu pendamping layaknya seorang ibu bagi anak-anak di rumah selalu sigap memastikan para siswa sudah makan dan dalam keadaan sehat. Mewakili sekolah, para pendamping berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi para siswanya agar para orang tua di rumah merasa aman di rumah dan percaya sepenuhnya pada kesigapan para guru.
Koordinasi yang apik antara sekolah dan penyelenggara perjalanan menjadi kunci keberhasilan kunjungan ini. Judika Tour yang bertindak sebagai penyelenggara, Gege Transport yang menyediakan armada, serta guide lokal Pak Gde dan dua temannya bekerja dalam sinergi yang harmonis dengan para guru pendamping.
"Kami seperti keluarga yang saling melengkapi," ujar Ibu Diana Prastiwi bercerita tentang dinamika kerja tim. "Ketika ada perubahan jadwal mendadak atau kebutuhan khusus siswa, semua pihak langsung merespons dengan cepat tanpa saling menyalahkan." Dengan pengalaman-pengalaman ini para guru siap mengkaji untuk kegiatan sejenis di masa depan.
Setiap malam, setelah siswa beristirahat, para guru dan tim penyelenggara masih berkumpul untuk mengevaluasi hari ini dan mempersiapkan esok hari. Dedikasi mereka yang tak terlihat ini menjadi fondasi kuat di balik pengalaman berharga yang dinikmati para siswa, mengingatkan kita semua bahwa di balik setiap kunjungan yang lancar, selalu ada tim yang bekerja keras di luar layar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI