Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

[6] Kajian Interdisipliner terhadap Slogan Pegadaian: Solusi Masalah Tanpa Masalah

9 Agustus 2025   19:45 Diperbarui: 12 Agustus 2025   16:11 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan Chat GPT, dokpri)

Secara pragmatik, slogan ini berfungsi sebagai strategi branding emosional. Ia tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengubah persepsi. Dari "tempat terakhir saat kesulitan" menjadi "mitra keuangan yang solutif dan manusiawi".

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Sejak Kapan Slogan Ini Digunakan?

Meskipun tidak ada catatan resmi yang menyebutkan tahun pasti kemunculan slogan "Solusi Masalah Tanpa Masalah", berdasarkan arsip iklan televisi dan publikasi perusahaan, slogan ini mulai populer sekitar awal 2000-an, tepatnya pada masa awal reformasi dan krisis ekonomi. Pada periode itu, Pegadaian bertransformasi dari lembaga yang dianggap "terakhir dipilih" menjadi solusi finansial yang diterima secara sosial.

Slogan ini menjadi semakin kuat seiring dengan kampanye "Pegadaian untuk Semua" dan "Gadai itu Mulia" pada 2010-an, yang bertujuan menghilangkan stigma bahwa menggadaikan barang adalah tanda kegagalan. Kini, slogan ini tetap dipertahankan, bahkan diperkuat oleh kampanye digital dan inisiatif seperti Pegadaian Media Awards 2025.

Siapa yang Ingin Dikemaskan oleh Pegadaian?

Melalui tema "Bersama Pegadaian MengEMASkan Indonesia", jelas bahwa target utama Pegadaian adalah masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah (MBRLM), terutama: 1) Pelaku UMKM yang butuh modal cepat tanpa agunan rumit. 2) Petani, nelayan, dan pedagang pasar yang tidak memiliki akses ke bank. 3) Generasi muda yang ingin mulai berinvestasi dengan modal kecil melalui Tabungan Emas. 4) Ibu rumah tangga yang ingin punya aset pribadi. 5) Masyarakat di daerah terpencil yang belum terjangkau layanan perbankan.

Data dari Kementerian BUMN (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 70% nasabah Pegadaian berasal dari kelompok ekonomi menengah ke bawah. Selain itu, program Agen Pegadaian yang tersebar di 53.000 desa menunjukkan komitmen nyata untuk menjangkau "yang tak tersentuh" oleh sistem keuangan konvensional.

Namun, "mengEMASkan" di sini bukan hanya soal ekonomi. Ia juga soal dignitas, memberi rasa harga diri bahwa mereka juga bisa menabung, berinvestasi, dan punya masa depan yang cerah. Emas, dalam konteks ini, menjadi simbol keberlanjutan, stabilitas, dan harapan.

 

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Penutup: Slogan yang Lebih dari Kata-Kata

"Solusi Masalah Tanpa Masalah" bukan sekadar kalimat yang terdengar menenangkan. Ia adalah janji sosial, komitmen hukum, dan pencitraan filosofis dari sebuah lembaga yang ingin tetap relevan di tengah perubahan zaman. Di balik slogan itu, ada upaya besar untuk mengembalikan kepercayaan, menghapus stigma, dan memberi harapan.

Dan ketika Pegadaian berkata ingin MengEMASkan Indonesia, yang dimaksud bukan hanya logam mulia, tetapi mengangkat derajat rakyat kecil, satu gram demi satu gram, satu mimpi demi satu mimpi. Di sinilah, slogan bukan hanya dikatakan tetapi diwujudkan.

Referensi Relevan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tentang Perusahaan Umum Pegadaian.
POJK No. 27/2024 tentang Perlindungan Data dan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan.
Kementerian BUMN. (2023). Laporan Kinerja PT Pegadaian (Persero).
OJK. (2024). Laporan Inklusi Keuangan Indonesia.
Saputro, D. (2021). Gadai sebagai Solusi Keuangan Inklusif: Studi Kasus Pegadaian. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 15(2), 45--60.
Kompas. (2025). Pegadaian Media Awards 2025 Dorong Literasi Keuangan melalui Karya Kreatif.
Marcuse, H. (1964) One-Dimensional Man.
Popper, K. (1945). The Open Society and Its Enemies.
Bentham, J. (1789). An Introduction to the Principles of Morals and Legislation.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun