Pagi itu, mobil dinas ditemukan terbengkalai di pinggir jalan. Pak Yanto ditemukan di dalam, pingsan dengan wajah penuh kengerian, rambutnya memutih dalam semalam. Di hutan, tak ada jejak Menteri Darmawan, hanya sebuah cermin kecil yang retak, ditemukan di tengah genangan air yang kini berwarna merah tua.
Di permukaannya, samar-samar terlihat bayangan seorang pria yang menjerit, dikelilingi wajah-wajah pucat yang tak pernah berhenti menatap.Di ibu kota, berita tentang hilangnya Menteri Darmawan mengguncang publik. Dokumen-dokumen penyelewengannya terbongkar, memicu kemarahan rakyat.
Tapi di malam-malam sepi, di kedai-kedai kopi dan gang-gang sempit, orang-orang berbisik tentang sesuatu yang lain: bahwa Menteri Darmawan tak benar-benar hilang. Ia masih ada, terperangkap di dunia bayangan, dikejar oleh dirinya sendiri, dihantui oleh jeritan rakyat yang ia khianati.
Dan di setiap cermin, di setiap genangan air, bayangannya masih menunggu, bukan untuknya, tapi untuk pejabat lain yang berani mengulangi dosanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI