Membangun Generasi Berkarakter: Kolaborasi Sekolah dan Komite Sekolah melalui Pendekatan Pembelajaran Inovatif
Tadi pagi saya menulis tentang rendahnya simpati dan empati siswa kepada orang tua mereka sendiri. Dalam waktu 15-30 menit mereka tidak bisa menghadirkan wajah orang tua mereka dalam meditasi, tidak bisa membayangkan guratan kelelahan yang mengalir melalui butir-butir keringat di wajah orang tua mereka. Betapa mereka tidak merasakan apapun meski narasi tentang penderitaan orang tua mereka dibuat sedramatis mungkin. Miris!Â
Terdorong oleh keprihatinan itu, saya mengusulkan kiranya baik ada kolaborasi antara sekolah dengan orang tua - melalui komite sekolah - untuk mengadakan pelatihan membangun relasi yang simpatik dan empatik antara anak dan orang tua. Orang tua bukan saja mesin pencari uang bagi anak. Dan anak bukan saja investasi untuk masa tua orang tua. Tetapi perlu dibangun sebuah relasi familiaris antara keduanya. Ingat, anak kita bukan tanggung jawab pembantu (sekalipun dibayar) atau kakek dan nenek mereka. Anak adalah tanggung jawab orang tua, termasuk dalam relasi yang simpatik dan empatik.
***
Pendidikan adalah fondasi bagi perkembangan intelektual, sosial, dan spiritual siswa. Di luar kelas, kegiatan ekstrakurikuler seperti rohani Islam (rohis), pramuka, atau klub kepemimpinan menjadi wadah penting untuk membentuk kepribadian dan nilai-nilai keagamaan.
Namun, keberhasilan kegiatan ini tidak hanya bergantung pada guru, tetapi juga pada keterlibatan aktif komite sekolah, wadah yang menghubungkan sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Untuk menciptakan kolaborasi yang efektif, komite sekolah perlu diberdayakan melalui pendekatan pembelajaran modern seperti discovery learning, inquiry-based learning, microlearning, dan deep learning.
Melalui tulisan ini saya hendak menjelaskan bagaimana pendekatan ini dapat memperkuat peran komite dalam mendampingi siswa, khususnya dalam kegiatan ekstrakurikuler, serta memberikan panduan praktis untuk implementasinya.
Urgensi Kolaborasi Sekolah dan Komite
Sekolah adalah ekosistem dinamis tempat siswa belajar tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang nilai-nilai kehidupan. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan kepribadian, seperti pengajian, pelatihan kepemimpinan, atau kegiatan sosial, membantu siswa mengembangkan empati, integritas, dan spiritualitas. Namun, tantangan seperti keterbatasan sumber daya, waktu, atau keahlian sering kali menghambat pelaksanaan kegiatan ini secara optimal.Â
Komite sekolah, yang terdiri dari orang tua, alumni, dan tokoh masyarakat, dapat menjadi mitra strategis untuk mengatasi tantangan tersebut. Dengan kolaborasi yang baik, sekolah dan komite dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan mendukung.
Peran Komite Sekolah dalam Ekstrakurikuler
Komite sekolah bukan sekadar pendukung administratif, tetapi juga agen perubahan dalam pendidikan. Dalam konteks ekstrakurikuler keagamaan dan kepribadian, komite dapat:Â