Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[cerpenremaja]: Surat Rindu untuk Ibu di Negeri Orang

22 Maret 2025   16:22 Diperbarui: 22 Maret 2025   16:22 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Surat Rindu untuk Ibu di Negeri Orang

Untuk Ibu yang Tercinta,

Assalamualaikum, Ibu.
Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Lima tahun berlalu, lima kali Ramadan dan Idul Fitri telah kita lewati tanpa kehadiranmu di rumah. Setiap kali momen itu tiba, hati ini selalu terasa hampa. Kami, anak-anakmu, selalu merindukanmu. Terutama adik-adikku yang masih duduk di bangku SMP. Mereka sering bertanya, "Kapan Ibu pulang? Kapan kita bisa sahur bersama lagi?" Pertanyaan itu selalu membuat air mata kami menetes, Ibu.

Ibu, kami tahu bahwa semua yang Ibu lakukan adalah untuk kami. Uang yang Ibu kirimkan, hadiah-hadiah yang Ibu berikan, semuanya adalah bukti kasih sayangmu. Tapi, Ibu, ada satu hal yang tidak bisa digantikan oleh uang atau materi apa pun: kehadiranmu. Kami rindu pelukanmu, senyumanmu, dan masakan sahurmu yang selalu hangat dan penuh cinta.

Ayah sudah berusaha menggantikan peranmu dengan membeli makanan sahur untuk kami. Tapi, Ibu, rasanya tidak pernah sama. Kami rindu aroma nasi goreng buatanmu yang selalu membuat kami semangat bangun di tengah malam. Kami rindu suaramu yang lembut membangunkan kami untuk sahur. Kami rindu saat-saat ketika kita semua duduk bersama di meja makan, menikmati hidangan sahur sambil bercerita tentang mimpi-mimpi kami.

Ibu, kami juga rindu saat berbuka puasa bersama. Meskipun kami bisa memasak bersama untuk berbuka, tapi rasanya selalu ada yang kurang tanpa kehadiranmu. Kami rindu tawamu yang selalu menghiasi meja makan. Kami rindu doa-doa yang Ibu panjatkan untuk kami sebelum kita mulai makan. Semua itu sangat kami rindukan, Ibu.

Kami tahu, Ibu sedang berjuang di negeri orang untuk memberikan yang terbaik bagi kami. Kami tahu, Ibu rela menahan rindu dan lelah demi masa depan kami. Tapi, Ibu, kadang kami merasa bersalah. Kami merasa bahwa kami telah mengambil kebahagiaanmu. Kami merasa bahwa kami telah membuat Ibu jauh dari rumah dan keluarga. Kami hanya ingin Ibu tahu bahwa kami sangat mencintaimu dan kami sangat merindukanmu.

Ibu, kami juga ingin Ibu tahu bahwa kami selalu berdoa untukmu. Kami berdoa agar Ibu selalu sehat dan kuat. Kami berdoa agar Ibu selalu dilindungi oleh Tuhan di negeri yang jauh ini. Kami berdoa agar suatu hari nanti, kita bisa berkumpul lagi sebagai keluarga yang utuh. Kami berdoa agar Ibu bisa pulang dan kita bisa merayakan Ramadan dan Idul Fitri bersama-sama lagi.

Ibu, kami juga ingin berterima kasih. Terima kasih atas semua pengorbananmu. Terima kasih atas semua cinta dan kasih sayang yang Ibu berikan kepada kami. Kami mungkin tidak bisa membalas semua itu, tapi kami berjanji akan menjadi anak-anak yang baik dan berbakti. Kami berjanji akan belajar dengan giat agar Ibu bangga. Kami berjanji akan menjaga adik-adik dan membantu Ayah di rumah.

Ibu, kami juga ingin Ibu tahu bahwa surat ini tidak hanya untukmu, tapi juga untuk semua ibu yang sedang berjuang di negeri orang. Kami ingin mereka tahu bahwa anak-anak mereka juga merindukan mereka. Kami ingin mereka tahu bahwa kehadiran mereka jauh lebih berharga daripada uang atau materi apa pun. Kami ingin mereka tahu bahwa kasih sayang seorang ibu tidak bisa digantikan oleh apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun