Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyian Duka

25 April 2024   12:16 Diperbarui: 25 April 2024   12:17 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumlah kematian TKI dan TKW asal NTT (sumber: grafis.tempo.co)

Nyanyian Duka Pertiwi
(Sebuah Puisi Jumat Agung untuk TKI asal NTT)*

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Eloi, Eloi suara parau memanggilmu bersama kepak sayap terkulai meregang nyawa anak-anak pertiwi di negeri tetangga, hendak mencari sesuap rezeki, pulang berkalang nyawa menorehkan perih pedih di dada getir seisi rumah ayah dan ibu.

Eloi, Eloi tangis darah tak mengalir menggumpal nanah di nurani mama, menjerit tak bersuara tersedak ngeri di hati bapak melolong lunglai melihat ananda terbujur kaku bukan mati yang dikehendaki Bapa Di Sana.

Eloi, Eloi keringat mengering di badan taruna menuntut-juangkan asa dan peduli: adili segera pelaku keji yang remehkan anak-anak pertiwi di titik nadir rasa hormat, meski hanya seorang upahan hendak menyambung asa di "negeri terjanji" akibat dikibuli para penjual nasib demi uang.

Eloi, Eloi, sudahi Jumat Agung ini. Banyak nian belulang remuk tiada harga. Biarkan Paskah masuk dalam hidup yang merana tanpa rasa kemanusiaan. Biarkan Eden-Mu terbuka di negeri kaya raya ini.

Eloi, Eloi cukuplah sudah derita ini!

* Puisi ini dimuat dalam Antologi Bulan Peredam Prahara, Seri 1 Puisi Dari Bumi Flobamora, Kosa Kata Kita, 2018, hal. 48

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun